USIANYA sudah 68 tahun, tetapi Warni terlihat masih ethes dan sumringah dalam kesehariannya. Warga Kedawung Sragen itu sudah 33 tahun menggeluti pekerjaannya, berkeliling sebagai penjual jamu gendong.
Dia adalah salah seorang dari puluhan penjual jamu di wilayah Sragen yang telah tiga tahun jadi binaan Komunitas Empu untuk Fesyen Berkelanjutan.
“Kali pertama jualan pakai bakul dan digendong, sekarang pun jualannya masih seperti dulu. Rata-rata pedagang jamu di Sragen memang sudah berjualan belasan sampai puluhan tahun,” kata Warni di sela-sela acara bersama para bakul jamu gendong binaan Komunitas Empu untuk Fesyen Berkelanjutan, belum lama ini.
Baca Juga: Ini di Sragen, Komunitas Bakul Jamu Gendong Upacara HUT Ke 77 Kemerdekaan RI
Menurut dia, meski jaman semakin modern dan teknologi semakin canggih, tetapi peminat jamu masih tetap banyak.
Mereka, para pandemen jamu, meminumnya untuk menjaga kesehatan. Pelanggannya biasanya turun temurun, warisan orang tua kepada anaknya, yang percaya dengan khasiat jamu.
“Pelanggan atau pembeli jamu masih banyak. Bahkan sudah seperti saudara, karena sangat akrabnya. Mereka percaya dengan khasiat jamu yang terbukti sejak zaman dulu untuk menjaga kesehatan,” tutur Warni.
Dari hasil berjualan jamu, dia bisa memenuhi kebutuhan keluarga, menyekolahkan anak dan memperbaiki rumah.
Baca Juga: FEB UNS Sambangi Industri Jamu di Nguter Sukoharjo
Kapasitas bakulnya bisa memuat 10 jenis jamu diminati pembeli, seperti beras kencur, kunir, asem, godhong kates, temulawak dan godhogan. Namun tak jarang dirinya mendapat pesanan jenis jamu tertentu dari para pelanggannya.
Warni mengungkapkan, para penjual jamu gendong sekarang rata-rata sudah berusia lanjut, seperti dirinya. Regenerasi penjual jamu gendong, cukup sulit.
“Anak-anak saya juga tidak ada yang mau melanjutkan pekerjaan saya ini,” kata Warni.
Baca Juga: Wajibkan ASN Minum Jamu, Cara Pemkab Sukoharjo Lestarikan Warisan Leluhur dan Angkat Perajin Jamu
Karena sudah tidak sekuat ketika masih muda, kini kalau berjualan dia memilih jalur tetap dalam melayani para pelanggan setia.
Nenek 12 cucu itu mengungkapkan, ikut pembinaan atau bimbingan akan mendapat banyak ilmu dan manfaat. Misalnya menyangkut cara meningkatkan kualitas dan higienitas jamu produksi mereka. Termasuk menanam aneka tumbuhan bahan baku jamu.
Artikel Terkait
Tidak Ada Luka Kekerasan Selain Kekerasan Senjata Api di Tubuh Brigadir J
Dampingi Kewirausahaan Mahasiswa, Ini Langkah Tim PPK Universitas Duta Bangsa
Tagih Gaji Dapatnya Ancaman, Pengusaha di Garut Dibunuh Sopir Pribadinya
Target Retribusi Golongan C di Klaten Rp3 Miliar tapi Realisasi Baru Rp 100 Jutaan
Mantan Aktivis Gerakan Mahasiswa & Pemuda Geruduk Kota Solo, Ada Apa?