Permudah Pengunjung Disabilitas, Museum Keraton Solo Perlu Dilengkapi Replika Koleksi

- Selasa, 14 Maret 2023 | 06:40 WIB
Tim Advokasi Difabel (TAD) Solo mengunjungi Museum Keraton Solo, Senin (13/3/2023).(SMSolo/dok)
Tim Advokasi Difabel (TAD) Solo mengunjungi Museum Keraton Solo, Senin (13/3/2023).(SMSolo/dok)

SOLO, suaramerdeka-solo.com - Museum Keraton Solo dinilai perlu dilengkapi replika benda-benda koleksinya.

Replika itu diharapkan bisa memudahkan pengunjung disabilitas dalam memahami detail isi Museum Keraton Solo.

Usulan itu disampaikan Tim Advokasi Difabel (TAD) Solo usai mengunjungi Museum Keraton, Senin (13/3/2023).

Baca Juga: Berbiaya Hingga Rp 600 Miliar, Museum Budaya Sains dan Teknologi Disiapkan Jadi Destinasi Wisata Baru

“Bagi penyandang tuna netra, berinteraksi dengan objek dengan cara menyentuh merupakan salah satu cara terbaik untuk mengolah dan mendapatkan gambaran visual yang lebih utuh. Ketimbang sekadar mendengarkan penjelasan para pemandu wisata.

"Kalau koleksi yang disimpan di kaca bisa dilengkapi replika yang bisa disentuh, tentu itu akan sangat membantu mereka,” beber perwakilan penyandang tuna netra, Misbah.

Cara lain, imbuh dia, adalah memaksimalkan fungsi pemandu wisata untuk mendeskripsikan secara detail tentang benda koleksi museum.

Baca Juga: Terimbas Geger Keraton Solo, Museum Ditutup untuk Wisatawan

TAD juga mengusulkan keraton memperbanyak pengeras suara, agar informasi apapun mudah didengarkan tuna netra. Pengeras suara itu dinilai Misbah lebih akurat, dibanding guiding block.

“Sebetulnya guiding block di tempat wisata malah tidak perlu, karena tempatnya ramai. Lebih efektif kalau ada audio yang bisa menjadi petunjuk arah bagi tuna netra.”

Kunjungan TAD tersebut diikuti perwakilan penyandang disabilitas mulai tuna daksa, tuna netra, tuna rungu dan wicara, hingga orang tua disabilitas. Rombongan berkeliling museum dan didampingi sejumlah pemandu wisata.

Baca Juga: Vina Panduwinata Hingga Marion Jola Bakal Meriahkan Festival Musik Hari Jadi Pura Mangkunegaran

Ketua TAD, Sri Sudarti, menerangkan jika catatan-catatan itu akan dilaporkan kepada Pemkot agar diakomodasi dalam rencana revitalisasi keraton. Apalagi keraton merupakan salah satu objek prioritas revitalisasi yang disusun Pemkot.

Adik Raja Keraton PB XIII Hangabehi, GKR Wandansari Koes Moertiyah, juga berjanji untuk mencatat masukan-masukan itu.

“Kami juga akan memikirkan itu, karena pemerintah juga memfasilitasi disabilitas sama seperti orang normal,” jelas dia.**

Halaman:

Editor: Setyo Wiyono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X