Uniknya Tradisi Bakda Sapi di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali

- Senin, 9 Mei 2022 | 14:38 WIB
Warga menunggangi sapi miliknya saat arak- arakan bakda sapi di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk. (SMSolo/Joko Murdowo)
Warga menunggangi sapi miliknya saat arak- arakan bakda sapi di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk. (SMSolo/Joko Murdowo)

 

BOYOLALI, suaramerdeka-solo.com - Tradisi unik digelar warga di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Senin (9/5). Warga menggelar Bakda Sapi.

Sesuai namanya, maka tradisi tersebut memang diperuntukkan bagi ternak warga seperti sapi dan kambing.

Pada H+7 Lebaran, ternak sapi dimandikan dan diberi makan ketupat. Setelah itu, ternak dibawa berkeliling dukuh.

Baca Juga: Cekcok di Jalan, Dua Pria di Yogya Ditusuk Hingga Meninggal

Sebelumnya, warga menggelar kenduri ketupat di jalan dukuh. Tiap warga membawa tenong berisi ketupat berserta lauknya untuk ditata di atas tikar yang sudah disediakan. Ada sate, opor ayam hingg sambal goreng.

Setelah rangkaian doa, warga lantas makan bersama. Tak hanya warga setempat, namun para pengunjung dari luar daerah pun diajakn makan bersama. Bahkan warga semakin senang jika makanan yang dibawanya habis dimakan di tempat.

Baca Juga: Di Klaten, Rebutan Ketupat Meriahkan Syawalan Desa Jimbung

Acara kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan sapi. Diawali dengan topeng tembem dari Desa Cluntang, Musuk, lalu disusul gunungan hasil bumi dan reog topeng ireng. Baru di belakangnya, arak- arakan sapi milik warga.

Sebagian besar ternak digiring oleh pemiliknya. Tak hanya pria saja, bahkan wanita dan anak- anakpun ikut menggiring sapi dengan memegang tali pengikat sapi. Ada pula sapi yang ditunggangi pemiliknya.

Baca Juga: Terkait Perusakan Benteng Keraton Kartasura, Penyidik BPCB Jateng Periksa Pemilik Lahan

Menurut Jaman, Ketua RW IV Desa Sruni sekaligus tokoh masyarakat setempat, kegiatan bakda sapi sebagai ungkapan syukur atas ternak yang dipelihara. Tradisi ini berlangsung turun-temurun sejak lama.

“Secara filosofi tradisi ini untuk mempererat persatuan dan kesatuan masyarakat,” katanya.

Baca Juga: Bus Damri Jurusan Jakarta-Purwokerto Tersesat ke Jalur Sungai di Brebes, Kok Bisa?

Lalu dilanjutkan dengan arak-arakan sapi. Imbasnya, sapi saling bertemu. Yang awalnya belum bunting lalu timbul birahi dan bisa segera dikawinkan sehingga bunting. Lalu juga mitos yang dipercaya warga bahwa hasil bertani melimpah.

Halaman:

Editor: Heru Susilo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X