SOLO, suaramerdeka-solo.com - Sejumlah penyakit metabolik mungkin timbul usai Idul Fitri. Hal itu disebabkan di antaranya oleh perubahan pola makan.
Dosen Prodi Magister Ilmu Gizi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dr Dono Indarto, M.Biotech.St PhD AIFM, mengemukakan, perilaku sebagian masyarakat terkait konsumsi makanan saat lebaran menjadi kurang terkontrol.
"Biasanya, peningkatan frekuensi makan melebihi tiga kali sehari terjadi karena seseorang mengunjungi banyak kerabat ataupun tetangga di satu hari yang sama," kata dr Dono di sela kegiatan Magister Gizi Talk atau Magitalk yang digelar Prodi Pascasarjana Ilmu Gizi UNS.
Baca Juga: Terkait Wabah PMK, Peternak Diminta Tak Beli Sapi asal Jawa Timur
Ditambah lagi, makanan dan minuman yang dikonsumsi saat perayaan Idulfitri sarat akan tinggi karbohidrat, lemak, garam, gula, santan, dan kolesterol.
Aktivitas fisik pun menurun seperti terlalu banyak duduk. Faktor terakhir, dr. Dono Indarto, Ph.D., menjelaskan adanya penurunan durasi puasa yang sebelumnya berlangsung sekitar 14 jam menjadi kurang dari 10 jam.
Baca Juga: Jadi 120 Ton Per Hari, Selama Lebaran Produksi Sampah Klaten Naik 30 Persen
“Dengan itu, tentunya ancaman penyakit metabolik akan sangat terasa bagi kita atau ancamannya semakin besar,” ujar dr. Dono.
Terkait hal tersebut, dr. Dono memberikan beberapa solusi. Di antaranya, beberapa hari setelah lebaran masyarakat bisa kembali ke adaptasi yang sudah terbentuk selama puasa Ramadan.
Baca Juga: Belum Ada Temuan Kasus Hepaptitis Misterius di Boyolali
Perbaikan dapat dilakukan dengan puasa sunah selama enam hari secara berurutan. Selain itu, masyarakat dapat mulai kembali memperhatikan peningkatan aktivitas fisik dan durasi tidur masing-masing.
Kegiatan bertema “Tetap Sehat, Bebas Penyakit Metabolik Setelah Hari yang Fitri”, ini ternyata mampu menarik antusias masyarakat. Ini terlihat dari jumlah partisipan yang lebih dari 150 orang.
Baca Juga: Hari Pertama Masuk Kerja Usai Libur Lebaran, 15 ASN Pemkot Surakarta Absen
“Tujuan talkshow ini selain untuk melaksanakan tri dharma perguruan tinggi, juga kita gunakan untuk membedah informasi terkini seputar gizi yang berlandaskan evidence based.
Kami terjemahkan informasi tersebut ke dalam bahasa yang mudah dipahami baik oleh tenaga gizi dan kesehatan, mahasiswa gizi dan kesehatan, dan juga masyarakat umum,” tutur Nyono Dedi Prabowo selaku ketua pelaksana. **
Artikel Terkait
Ini Cara Kenali Penyakit Jantung Bawaan
Lebih Sehat selama Pandemi? Ini Tips dari Ahli Gizi RS UNS
Sering Haus dan Mengantuk? Awas Gejala Diabetes
Hepatitis Akut Menular Lewat Saluran Cerna dan Saluran Pernafasan, Begini Cara Mencegahnya