SOLO, suaramerdeka-solo.com - Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof Dr dr Yusup Subagio Sutanto Spp(K) mengembangkan penelitian pemanfaatan lendir bekicot untuk alternatif pengobatan Tuberkulosis (TB).
Dokter spesialis paru asal Kota Solo ini mengemukakan kasus penyakit ini di Indonesia cukup tinggi. Terdapat 301 kasus per 100 ribu penduduk. Diakuinya, pengobatan TB relatif lama.
Setidaknya enam bulan. Rentang waktu tersebut tak jarang membuat pasien bosan mengonsumsi obat. Dampaknya putus berobat atau pengobatan tidak teratur.
Baca Juga: Dihantam Trailer, Siswa SMA Tewas
Kondisi tersebut dapat memicu resisten terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) yang berdampak timbulnya multidrugs resistance tuberculosis (MDR-TB).
“TB dapat disembuhkan dengan pemberian OAT yang tepat. Tapi akhir-akhir ini banyak ditemukan pasien yang resisten terhadap dua atau lebih OAT yang dikenal sebagai MDR-TB,” ungkap Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) ini.
Baca Juga: Komisi III DPR Minta Kemensos Usut Temuan Sembako Bansos yang Dikubur di Depok
Yusup melakukan penelitian terhadap manfaat lendir bekicot yang dikombinasikan dengan kulit durian dan kitosan sebagai obat alternatif berbahan alami untuk membantu proses pengobatan bagi penderita penyakit TB.
Pemanfaatan lendir bekicot untuk pengobatan TB, di antaranya karena mengandung bahan kimia achatin isolat yang bermanfaat sebagai antibakteri dan antinyeri.
Selain itu lendir bekicot juga mengandung heparan sulfat, dan kalsium yang berperan dalam hemostasis, mekanisme alami dari tubuh untuk menghentikan kehilangan darah yang berlebihan.
Artikel Terkait
Mengenal Sindrom Ramsay Hunt, Penyakit yang Menyerang Justin Bieber
Gandeng Viva Apotek, Pengguna SehatQ Bisa Tebus Obat Lebih Cepat Sampai Rumah
Dosen FK UNS Kembangkan Alat untuk Mengurangi Rasa Sakit Ibu Hamil
BPOM Resmikan Paxlovid sebagai Obat Covid-19, Ini Aturan Pakainya