KLATEN, suaramerdeka-solo.com – Gempa bumi adalah bencana yang tak bisa diprediksi. Jadi tak bisa diterapkan peringatan dini atau early warning system (EWS).
Maka, bangunan tahan gempa dan kesiapan menghadapi gempa sangat penting dipahami masyarakat di lokasi rawan gempa bumi, untuk meminimalisasi risiko.
Hal itu ditegaskan pakar geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Eng Ir Didit Hadi Barianto ST MSi saat menjadi pembicara tunggal ‘’Sosialisasi potensi ancaman dan mitigasi bencana gempa bumi’’ di Pendapa Pemkab Klaten, Selasa (7/6/2022).
Baca Juga: BPBD Klaten Bakal Gelar Sosialisasi Ancaman Bencana Gempa Bumi
‘’Karena gempa tak bisa diprediksi, maka penting sekali edukasi pada masyarakat. Sayangnya, kurikulum kebencanaan juga belum sesuai harapan,’’ kata Didit yang juga Kepala Stasiun Lapangan Geologi Prof R Soeroso Hadiprawiro di Kecamatan Bayat.
Kurikulum mitigasi bencana belum berjalan karena tenaga pendidiknya belum siap.
Edukasi gempa bumi di dunia pendidikan masih rendah, bahkan perguruan tinggi yang mengerti tentang gempa, belum banyak.
Baca Juga: Kodim Sukoharjo, BPBD dan PMI Gelar Simulasi Penanganan Bencana Gempa Bumi
‘’Kita masih perlu waktu untuk mengedukasi masyarakat tentang gempa dan bencana alam. Di beberapa daerah sudah bagus, seperti di Aceh dan warga lereng Merapi, karena mereka punya pengalaman bencana,’’ kata Didit.
Bila terjadi gempa atau bencana lain, masyarakat harus tunduk sistem yang dibuat pemerintah, di mana titik evakuasi harus tertulis dan diberi tanda.
Tanda juga harus ada di gedung-gedung, sekolah, dan penentuan jalur evakuasi harus diperhitungkan.
Baca Juga: Dampak Kerusakan Gempa Pasaman Barat Tersebar di Tiga Kabupaten
‘’Selain jalur evakuasi, ada masyarakat yang diberdayakan. Mereka bertugas mendata, memasak dan tugas lain seperti konsep desa tangguh bencana. Pendataan penting terkait distribusi logistik bila terjadi bencana,’’ kata dia.
Menurut dia, sebenarnya gempa bumi tidak berdampak langsung kepada manusia hingga menyebabkan kehilangan nyawa.
Korban gempa bumi terbesar 2006 di Yogya dan sekitarnya, karena tertimpa bangunan roboh.
Artikel Terkait
Kolonel Priyanto, Pembunuh Sejoli di Nagreg Divonis Seumur Hidup dan Dipecat
Info Lurrr !!! 17 Pendaftar Pertama UMUKA akan Dibiayai Kuliahnya Oleh Bupati, Gratissss Sampai Lulus
Sepakat Kembangkan Prestasi Atlet, KONI Surakarta dan PT Taisho Jalin Kerja Sama
Tebing Tujuh Meter Longsor, Akses Jalan Plosorejo-Jenawi Sudah Dua Hari Tertutup