Utang Makan Tak Segera Dibayar Mandor Proyek Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Pemilik Warung Kapok?

SOLO, suaramerdeka-solo.com - Persoalan utang piutang terkait penyediaan konsumsi pekerja proyek pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo dengan pemilik warung makan di sekitar lokasi masjid, telah usai.

Pemilik warung makan, Dian Ekasari, telah menerima pelunasan utang uang makan dari tiga mandor proyek pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed senilai Rp 145 juta, di salah satu hotel di Solo, Sabtu (18/3/2023).

Uang pembayaran biaya makan pekerja yang belum diserahkan mandor proyek pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed sejak 2022 itu, disebut Dian merupakan haknya.

Baca Juga: Mandor Proyek Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Berutang Uang Makan Sampai Ratusan Juta

“Yang namanya hak pribadi, tentu harus diperjuangkan. Makanya saya kemarin sampai ke mana-mana untuk mengusahakan pembayaran utang tersebut,” tegas Dian, Senin (20/3/2023).

Ia pun mengaku bisa mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari persoalan utang piutang tersebut.

“Yang jelas saya tidak kapok untuk menyediakan konsumsi bagi pekerja proyek. Asal mereka juga komitmen dengan pembayarannya,” tandas ibu dua anak yang berjualan di sisi utara Masjid Raya Sheikh Zayed sejak 2010 tersebut.

Baca Juga: Utang Makan Mandor Proyek Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Akhirnya Dilunasi

Saat ini pun, lanjut Dian, warungnya melayani kebutuhan makan pekerja proyek renovasi viaduk Gilingan. Proyek itu berlangsung di sisi utara dan barat Masjid Raya Sheikh Zayed.

“Tapi tidak semua pekerja makan di sini. Cuma sebagian saja dan selalu dibayar cash.”

Dian bahkan mengklaim, mendapat tawaran manajemen PT Waskita Karya (pelaksana proyek pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed) untuk berjualan di tempat lain.

Baca Juga: Pengunjung Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Membeludak, Personel Pengamanan akan Ditambah

Tawaran itu diperoleh Dian di sela-sela mediasi penyelesaian utang piutang dengan mandor proyek yang digelar PT Waskita Karya, Sabtu (18/3/2023).

“Ditawari untuk membuka warung di Kalimantan. Tapi ya saya tolak, karena keluarga saya kan di sini (Solo),” kata dia.**