SOLO, suaramerdeka-solo.com - Klitih akhir-akhir ini kembali menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat.
Utamanya pasca tewasnya salah satu pelajar di Yogyakarta, serta di Kabupaten Boyolali.
Di Yogyakarta korban adalah MA berusia 18 tahun bernama Daffa Adzin Albasith. Korban diketahui merupakan anak dari anggota DPRD Kebumen, Madkhan Anis.
Baca Juga: Permainan Remaja di Solo Ekstrim. Lempari KA yang Melintas dengan Batu
Daffa mengalami luka sayatan parah di bagian wajah pasca terkena sabetan benda tajam dari pelaku klitih saat berada di daerah Gedongkuning tersebut.
Sedang di Boyolali, korbannya adalah SM (17). Dia terkena sabetan samurai di punggung dan tangan kanan dari gerombolan tersangka pada 29 Maret dini hari
Lalu, apa sebenarnya klitih yang sering kali dikaitkan dengan kenakalan remaja yang terjadi di Yogyakarta tersebut?
Baca Juga: Pelaku Klitih di Boyolali Bacok Korban Berkali- kali. Begini Alasannya
Dalam Bahasa Jawa, klitih sendiri bermakna suatu aktivitas mencari angin di luar rumah atau sebatas keluyuran.
Kata ini kemudian berkembang menjadi kata yang merujuk pada tindakan kenakalan remaja di Yogyakarta yang sering kali memakan korban di jalan raya.
Artikel Terkait
Peredaran Sabu-sabu dari Segitiga Emas Digagalkan. 255,96 Kg Sabu-sabu Dalam Kemasan Teh China Disita BNN
Padam Dua Tahun, Lampu Perbatasan Jateng-Jatim Kini Menyala. Usir Aktivitas Mesum di Sarang
Kasus Binomo, Admin Akun Telegram Indra Kenz Ditetapkan sebagai Tersangka
Beli Konten Pornografi, Marchel Ingin Bantu Perekonomian Dea OnlyFans