“Saat ini ada sekitar 340 orang ibu jamu yang tergabung dalam Komunitas Empu. Anggota terus bertambah karena berita tentang kegiatan kami menarik minat dan perhatian mereka,” tutur Leya Catleya.
Baca Juga: Lukisan Mistis Bakul Jamu Karya Ki Djoko Akan Dilelang Rp 10 Miliar. Disumbangkan Untuk Korban Erupsi Semeru
Selain berjualan, para bakul jamu gendong tersebut memiliki banyak kegiatan. Mereka juga belajar tentang ecoenzime, ecoprint, shibori dan lainnya. Serta mengikuti pelatihan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), perguruan tinggi dan perusahaan jamu.
“Para ibu jamu banyak yang mendonasikan jamu kepada tetangga yang isoman. Juga membawa dagangan kue atau roti tetangga mereka untuk dijual,” ungkap Leya.
Warni (68) salah seorang bakul jamu dalam Komunitas Empu mengatakan, banyak kegiatan yang dijalani para bakul jamu selama ini, termasuk meningkatkan kualitas dan higienitas produk.
Baca Juga: Pengait Rusak, Merah Putih Gagal Dikerek dalam Upacara HUT RI di Solo
“Saya sudah berjualan selama 33 tahun, dari dulu sampai sekarang jualan keliling. Masyarakat memang banyak yang suka jamu,” kata nenek 12 cucu, warga Desa Belimbing Kecamatan Sambirejo itu.**
Artikel Terkait
Sambut HUT Ke-77 Kemerdekaan RI, Warga Perum Hunian Mojosongo Gelar Drama Kolosal Perjuangan
Erick Tohir Tunjuk Raja Pura Mangkunegaran Solo, KGPAA Mangkunegara X Jadi Komisaris PT KAI
HUT Ke 77 Kemerdekaan RI, Mantan Bupati Klaten Main Bulu Tangkis di Rutan
Menyempit Akibat Pembangunan Rel Layang, Tiga Jalan di Simpang Joglo Solo Jadi Searah
182 Narapidana Lapas Klaten Terima Remisi pada HUT Ke77 Kemerdekaan RI