SOLO, suaramerdeka-solo.com - Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) menurut pengamat ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Dr Lukman Hakim PhD merupakan sesuatu yang tak bisa dihindari.
Pasalnya, rencana tersebut dipicu kondisi kenaikan harga minyak dunia.
Namun pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS itu menilai, Pemerintah tidak punya kebijakan publik yang tertata dan terkesan 'gedandapan' menaikkan harga BBM di dalam negeri.
Baca Juga: Benarkah Subsidi BBM Lebih Banyak Dinikmati Masyarakat Mampu? Ini Faktanya
"Kenaikannya jangan terlalu tinggi. Pemerintah tidak punya concern terhadap kebijakan publik dalam hal menaikkan harga BBM kali ini, " kata Lukman.
Ia mengemukakan, seharusnya harga tidak langsung dinaikkan sebanyak itu, melainkan bertahap.
Atau jika memungkinkan ada angka tengah agar masyarakat yang terdampak tidak keberatan dengan kenaikan BBM yang diikuti harga harga komoditas lain.
Baca Juga: Kapal Tanker Bermuatan 90 Ton BBM Ilegal Ditangkap di Perairan Batam
Dikatakan, pemerintah seharusnya menaikkan secara perlahan pada level angka tengah antara harga lama dan baru.
Ia menyebut kisaran Rp 8.500 untuk pertalite. Sembari melakukan itu, pemerintah perlu memberikan edukasi pada masyarakat mengenai kenaikan harga BBM yang memang tak bisa dihindari.
Artikel Terkait
Pasar Hewan Jelok Dibuka, Pedagang Asal Luar Boyolali Dilarang Masuk
Kemenhub Kembali Tunda Kenaikan Tarif Ojek Online, Ini Alasannya
Info Lalu Lintas Solo. Kereta Api Melintas, Arus Kendaraan di Pasar Nongko Tersendat
Rizal Daffa dan Dheaa Vinda, Juara Mas dan Mbak Sukoharjo 2022
Road Race akan Digelar di Wonogiri. Catat Jadwal dan Lintasannya