Lebih Cepat Menular Varian XBB Mulai Menebar Ancaman di Indonesia. Ini Gejalanya

- Jumat, 28 Oktober 2022 | 21:58 WIB
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Reisa Brotoasmoro dalam konferensi pers, Kamis, 27 Oktober 2022. (Tangkap layar YouTube/Sekretariat Presiden)
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Reisa Brotoasmoro dalam konferensi pers, Kamis, 27 Oktober 2022. (Tangkap layar YouTube/Sekretariat Presiden)

JAKARTA, suaramerdeka-solo.com - Belum redana pandemi Covid-19, kini muncul lagi Covid-19 varian XBB disebut-sebut lebih cepat menular dibandingkan dengan varian BA.5 dan BA.2.

"Diketahui varian XBB ini lebih cepat menular, apabila kita melihat gelombang XBB di Singapura, ternyata lebih cepat menular 0,79 kali dibandingkan gelombang varian BA.5 dan 0,46 kali gelombang BA.2,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro.

Baca Juga: Dukung Ganjar Rudy Disanksi DPP, Ribuan Kader PDIP Solo Ucapkan Selamat Ultah pada Ganjar. Sinyal Apa?

Terkait dengan gejala, kata Reisa, gejala varian baru XBB sama dengan varian-varian Omicron lainnya. Bahkan, jika melihat dari tingkat fatalitasnya, varian XBB lebih rendah dibanding varian Omicron lainnya.

Berdasarkan pusat pengendalian pencegahan penyakit (CDC) AS, gejala varian XBB, antara lain, demam, merasa kedinginan, batuk, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, diare dan sesak napas.

Baca Juga: Gali Makam, Warga Ngargoloka Boyolali Temukan Delapan Granat

Sedangkan pada empat pasien varian XBB di Indonesia, gejala yang timbul adalah batuk dan pilek. Dengan kata lain gejala yang ditimbulkan umumnya ringan.

Terkait dengan hal ini, Reisa meminta semua pihak perlu belajar dari situasi di negara tetangga Singapura yang mengindikasikan penularan XBB lebih cepat dibanding varian Omicron lainnya.

Baca Juga: Tanpa Identitas, Mayat Wanita Membusuk di Sungai Ngawonggo Klaten

Menurut dia, berdasarkan pengalaman dalam menangani pandemi, kenaikan kasus hampir selalu terjadi setelah adanya varian baru yang muncul.

“Kita belajar dari situasi di negara tetangga kita untuk meningkatkan kewaspadaan. Jangan sampai lonjakan kasus kembali di Indonesia,” kata Reisa. **

sumber: ANTARA

Editor: Heru Susilo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X