Ahli Psikologi Forensik Ungkap Kematian Satu Keluarga di Kalideres

- Senin, 12 Desember 2022 | 06:34 WIB
Dra Reni Kusumowardhani selaku ketua Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Indonesia memberikan keterangan terkait kematian keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. (Dok. PMJ News)
Dra Reni Kusumowardhani selaku ketua Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Indonesia memberikan keterangan terkait kematian keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. (Dok. PMJ News)

JAKARTA, suaramerdeka-solo.com - Ketua Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Indonesia, Reni Kusumowardhani mengatakan, berdasarkan fakta hasil pemeriksaan, kematian 4 orang dalam satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, adalah kematian wajar.

“Berdasarkan analisis retrospektif, analisis TKP dan analisis ditemukannya mayat adalah natural atau cara kematian wajar. Awalnya, kami menduga mungkin jatuh atau apa, ternyata dari data polisi dan hasil pemeriksaan forensik tak ada luka atau cidera,” kata Reni Kusumowardhani.

Hasil pemeriksaan secara psikologi dari keluarga yang tewas di Kalideres, diperoleh informasi bahwa urutan kematian diawali dari Rudiyanto, kemudian istrinya, Renny Margaretha, selanjutnya baru Budyanto dan Dian.

Baca Juga: Kecil Kemungkinan Ada Unsur Pidana Pada Kematian 4 Jenazah Kalideres

“Pertama yang meninggal adalah Bapak Rudiyanto, kemudian urutan berikutnya Ibu Reni, lalu Bapak Budianto dan Ibu Dian,” kata Reni pada konferensi pers di Mapolda Metro Jaya.

Menurutnya, Rudiyanto memiliki kepribadian baik, penurut, pendiam, tak banyak bicara, serta cenderung membatasi diri, sehingga interaksi dengan orang lain terbatas. Namun Rudiyanto memiliki tingkat intelektual di atas rata-rata, bersekolah dan kursus di tempat ternama.

“Yang bersangkutan (Rudiyanto) tidak suka bergaul, jadi tak memiliki banyak teman. Dalam interaksi keluarga dia cenderung menghindari konflik. Namun memiliki karakteristik suka bekerja, rajin bekerja dan bertanggung jawab,” ujar dia.

Baca Juga: Kasus Temuan 4 Mayat di Kalideres Masih Misteri. Ditarget Rampung Pekan Depan

Rudiyanto diduga punya masalah kesehatan karena minim aktivitas sejak pandemic, serta minat sosial yang rendah. Dalam mengambil keputusan diserahkan kepada istri dan adiknya, termasuk keputusan menggunakan pengobatan nonmedik. Namun Rudiyanto juga ikut vaksin akhir 2021.

“Ditemukan kuat indikator kematian wajar karena usia atau kemungkinan sakit, dugaan pandemi atau penyakit lain. Jadi ada kepasrahan secara psikologis terhadap keadaan, mengikuti yang dilakukan keluarganya, tapi tampaknya tak berhasil,” imbuh dia.

Diduga karena keterbatasan dana, Rudiyanto yang meninggal tidak dimakamkan. Diduga ada perilaku mengasingkan diri dengan memutus komunikasi dengan kerabat yang sudah lama, sehingga sungkan meminta pertolongan.

Baca Juga: Temuan Buku Hingga Kemenyan, Kematian Satu Keluarga di Kalideres Terkait Ritual?

Sementara itu, Renny Margaretha punya kepribadian unggul dan dominan, ingin tampil dengan citra lebih baik dari yang lain, dan tidak mau terlihat lemah. Dilihat dari kepribadian Renny, kecil kemungkinan adanya bunuh diri.

Hal itu menjadi salah satu alasan suaminya tidak dimakamkan. Ada pun profil anak Rudiyanto dan Renny, yakni Dian juga membuat jenazah ibunya tidak dimakamkan karena Dian meyakini ibunya masih hidup.**

Halaman:

Editor: Setyo Wiyono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X