Oleh: Ali Hufroni
BANYAK orang bercerita, kalau kita bicara tentang teologi dalam Muhammadiyah, tak lain kita akan paham dengan etos perjuangan Muhammadiyah. Bahkan, saat kita membicarakan Muhammadiyah, tentu sangat erat dengan sosok sang pendiri yaitu KH Ahmad Dahlan.
Sebagai sosok penting dan teladan, KH Ahmad Dahlan telah melahirkan berbagai pemikiran yang selama ini mendasari pergerakan dan perjuangan organisasi Islam di Indonesia.
Harus kita akui bersama pula, etos perjuangan yang telah dijalankan Muhammadiyah banyak sekali memberi kontribusi berbagai bidang, misalnya sosial dan politik.
Baca Juga: Presiden Jokowi Dijadwalkan Buka Muktamar Muhammadiyah di Solo
Di bidang sosial, etos perjuangannya diwujudkan melalui pendidikan maupun pelayanan sosial. Muhammadiyah memperjuangkan pendidikan di Indonesia, khususnya dengan mendirikan berbagai sekolah dan universitas.
Organisasi tersebut memiliki andil untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia dalam membawa pencerahan, tidak hanya bagi warganya, tapi juga bagi bangsa dan negara.
Agenda pencerahan itu tidak hanya berupa fisik dan pakaian, tetapi juga melihat hati dan amal perbuatan. Penerapannya dengan memperbaiki hati, meluruskan niat dan menjadikan amal ibadah yang ikhlas.
Baca Juga: Isu Pilpres Bakal Dibahas dalam Muktamar Ke-48 Muhammadiyah
Salah satu agenda pencerahan itu diusung dalam Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah yang rencananya digelar di Solo, pada 18-20 November 2022. Agenda itu menjadi momentum bagi bangsa Indonesia lebih baik.
Pertama, penulis sepakat dengan Sekretaris Umum Pimpinan Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti yang menegaskan penyelenggaraan Muktamar Ke-48 tersebut sebagai muktamar yang ‘bersih’.
Muktamar yang bersih bermakna menjaga lingkungan dan tidak meninggalkan sampah, apalagi sampah berbahaya.
Kedua, Sekretaris Muhammadiyah itu berharap agar muktamar kali ini bersih dari politik uang (money politics).
Baca Juga: Pengembangan Pembelajaran Berbasis Riset di Perguruan Tinggi
Tatkala politik uang sudah seperti adagium pada pemilihan kepemimpinan, namun Muhammadiyah menolak kemungkinan itu. Organisasi tersebut ingin menjadikan muktamar yang bersih dari money politics.
Artikel Terkait
Putri TNI AU ke Duel Puncak Livoli Divisi Utama 2022, Bank Jatim dan Petrokimia Masih Rebutan
Miroslav Klose, Pemegang Rekor Top Scorer Piala Dunia. Apakah di Qatar 2022 Terpatahkan?
Hasil Pilkades 11 Desa di Karanganyar, 4 Petahana Terpilih Kembali
Gerakan Tanam Pisang Cavendish di Musuk: Peningkatan Pajak, Ekonomi, Gizi di Lereng Merapi
Cerita dan Mitos Gerhana Bulan dari Belahan Dunia