Wahyu Cakraningrat dalam Muktamar Ke-48 Muhammadiyah

- Kamis, 10 November 2022 | 11:18 WIB
Ali Hufroni, anggota DPRD Kabupaten Boyolali. (SMSolo/dok)
Ali Hufroni, anggota DPRD Kabupaten Boyolali. (SMSolo/dok)

Ketiga, Prof Abdul Mu’ti berharap Muktamar Muhammadiyah juga bersih dari intrik. Di era media sosial, Solo.suaramerdeka.com/tag/organisasi">organisasi itu paham tentang produksi berita palsu, kecurigaan, dan fitnah yang begitu mudah terjadi untuk menyerang seseorang demi kepentingan segelintir pihak. Sehingga peserta Muktamar diajak menjadi muktamirin yang bersih dari intrik.

Bahkan, penulis juga sangat senang tatkala Prof Abdul Mu’ti mengingatkan tentang suasana perhelatan Pemilu yang sudah terasa tajam, kendati agenda demokrasi itu masih jauh.

Baca Juga: Penelitian Akuntansi FEB UNS: Prestasi, Tantangan dan Peluang

Bagi warga Muhammadiyah tentu saja tidak akan bersikap gampang dan bingung, apalagi gampang kagum dan gampang kecewa. Rasanya benar kalau mereka cerdas dan mengutamakan tabayun.

Warga Muhammadiyah adalah warga yang memiliki prinsip dan tidak mudah goyah dengan bujuk rayu yang menyesatkan.

Penulis teringat satu inspirasi dari cerita wayang, bahwa memilih pemimpin itu tidak mudah. Dan menjadi pemimpin Muhammadiyah itu pun tidak gampang.

Saya merasa, momentum Muktamar Ke-48 ibarat proses meraih wahyu cakraningrat, guna menentukan jutaan warga memilih 13 tokoh yang bisa memimpin Muhammadiyah.

Baca Juga: Platform Merdeka Mengajar

Dalam bahasa penulis, Muktamar menjadi jembatan memilih tokoh yang semakin amanah, teguh pendirian, jujur, penuh keteladanan dan memberikan rasa aman dan nyaman.

Di samping itu, rakyat membutuhkan pemimpin yang bisa membawa rasa tenteram, serta kasih sayang bagi warga Muhammadiyah tanpa membedakan satu dan lain.

Sebagaimana cerita tentang Wahyu Cakraningkrat, simbol kepemimpinan adalah yang mampu menghandayani rakyat, memegang teguh kejujuran, memberikan keteladanan, rasa aman, nyaman dan tenteram kepada rakyat.

Baca Juga: Membangun Sekolah Unggul melalui Ekstrakurikuler Jurnalistik

Artinya, menjadi pemimpin yang memberi rasa kasih sayang, mempunyai perilaku amanah dan merekatkan warga tanpa membedakan latar belakang, agama, ras dan budaya, serta peduli terhadap lingkungan, saat ini sangat dinanti dan dirindukan.

Lebih penting lagi bagi Muhammadiyah adalah senantiasa amar makruf nahi mungkar, karena memang sudah begitu yakin bahwa yang namanya kejahatan tidak akan pernah mengalahkan kebajikan.

Selamat ber-Muktamar Ke 48 bagi seluruh warga Muhammadiyah. Semoga sukses dan penuh berkah.**

Halaman:

Editor: Setyo Wiyono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Genom dan Presisi Terhadap Penyakit

Senin, 6 Februari 2023 | 08:48 WIB

Keamanan Digital

Rabu, 11 Januari 2023 | 16:30 WIB

Implementasi Kurikulum Merdeka

Senin, 5 Desember 2022 | 16:27 WIB

Wahyu Cakraningrat dalam Muktamar Ke-48 Muhammadiyah

Kamis, 10 November 2022 | 11:18 WIB

Platform Merdeka Mengajar

Rabu, 2 November 2022 | 16:34 WIB

LaDaRa Indonesia

Jumat, 12 Agustus 2022 | 13:44 WIB

Menebarkan Pustaka Maya

Selasa, 26 Juli 2022 | 15:36 WIB

NU, PKS dan Kitab Kuning

Rabu, 8 Juni 2022 | 11:25 WIB

Assesmen Nasional Pendidikan

Kamis, 28 April 2022 | 10:27 WIB

Membangun 'Kemesraan' NU-PKS

Senin, 11 April 2022 | 15:05 WIB

Akselerasi Transformasi Digital Pendidikan

Jumat, 8 April 2022 | 16:50 WIB

Menyambut SPBE Kemendikbudristek

Sabtu, 12 Maret 2022 | 20:21 WIB

Menanti Wamendikbud Ristek

Kamis, 17 Februari 2022 | 14:01 WIB
X