Genom dan Presisi Terhadap Penyakit

- Senin, 6 Februari 2023 | 08:48 WIB
Suranto Tjiptowibisono (dok)
Suranto Tjiptowibisono (dok)

Oleh: Suranto Tjiptowibisono

PROYEK besar riset Genom manusia telah menorehkan sejarah baru dalam dunia medis, karena urutan lengkap DNA yang menyandi semua organ tubuh manusia sudah lengkap dipetakan. Genom adalah kumpulan dari semua material genetik dalam suatu makhluk hidup.

Semua organ manusia yang berpotensi terjangkit penyakit dapat dilihat dan dibandingkan susunan lengkap DNA asli atau sehatnya. Usaha manusia mengatasi beberapa penyakit mematikan yang selama ini menjadi permasalahan dunia dapat segera diatasi.

Pertimbangan sangat masuk akal dalam menentukan kebijakan hubungannya dengan penyakit adalah ukuran Genom dari penyakit yang akan ditanggulanginya.

Baca Juga: Attalia Ibunda Eril: DNA Sudah Dinyatakan Sama dengan Saya, Innalillahi Wainnailaihi Rojiun

Pada seluruh Genom manusia panjangnya sekitar 3 miliar pasangan basa, sedangkan pada virus covid-19 sekitar 23 ribuan, virus tunggro hanya 12 ribuan, dan pada potyvirus hanya 10 ribuan pasangan basa.

Laporan yang disampaikan pada peneliti Genom manusia dari Universitas California dan Universitas Washington menyebutkan, dari Genom keseluruhan yang demikian besar atau panjang, hanya ada sekitar 622 gen yang relevan secara medis (Kompas, 5/4/2022).

Hal ini berarti kita baiknya hanya memilih dari 622 gen tersebut, gen-gen yang relevan dengan jenis-jenis penyakit yang biasanya terjadi di daerah tropis.

Baca Juga: Implementasi Kurikulum Merdeka

Deteksi Dini

Berpijak dari pelajaran sekitar 4 atau 5 gen yang berhubungan erat dengan penyakit di daerah tropis Indonesia, maka bisa dibandingkan gen-gen tesebut pada orang yang sakit dan sehat.

Adakah perbedaan urutan DNA antara penderita jika dibandingkan dengan individu sehat?

Pertanyaan tersebut sangat penting untuk dijawab dalam mempelajari terjadinya penyakit pada manusia, basa yang mengalami mutasi pada triplet kodon (urutan tiga basa).

Apakah mutasi yang terjadi menyebabkan asam amino yang dibentuk berbeda dengan sebelumnya?

Dan apakah basa yang mengalami mutasi pada triplet kodon dapat mengubah sifat virus ini dari semula yang tipe liar (wild type) menjadi strain-strain baru yang muncul, dan dapat berbeda satu dengan yang lain?

Halaman:

Editor: Setyo Wiyono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Genom dan Presisi Terhadap Penyakit

Senin, 6 Februari 2023 | 08:48 WIB

Keamanan Digital

Rabu, 11 Januari 2023 | 16:30 WIB

Implementasi Kurikulum Merdeka

Senin, 5 Desember 2022 | 16:27 WIB

Wahyu Cakraningrat dalam Muktamar Ke-48 Muhammadiyah

Kamis, 10 November 2022 | 11:18 WIB

Platform Merdeka Mengajar

Rabu, 2 November 2022 | 16:34 WIB

LaDaRa Indonesia

Jumat, 12 Agustus 2022 | 13:44 WIB

Menebarkan Pustaka Maya

Selasa, 26 Juli 2022 | 15:36 WIB

NU, PKS dan Kitab Kuning

Rabu, 8 Juni 2022 | 11:25 WIB

Assesmen Nasional Pendidikan

Kamis, 28 April 2022 | 10:27 WIB

Membangun 'Kemesraan' NU-PKS

Senin, 11 April 2022 | 15:05 WIB

Akselerasi Transformasi Digital Pendidikan

Jumat, 8 April 2022 | 16:50 WIB

Menyambut SPBE Kemendikbudristek

Sabtu, 12 Maret 2022 | 20:21 WIB

Menanti Wamendikbud Ristek

Kamis, 17 Februari 2022 | 14:01 WIB
X