Genom dan Presisi Terhadap Penyakit

- Senin, 6 Februari 2023 | 08:48 WIB
Suranto Tjiptowibisono (dok)
Suranto Tjiptowibisono (dok)

Baca Juga: LaDaRa Indonesia

Gen-gen tersebut diyakini bertanggung jawab terhadap penyakit yang mematikan seperti kanker ovarium maupun kanker payudara pada wanita. Sungguh akan sangat berbahaya apabila susunan genetik kedua gen tersebut mengalami mutasi.

Ketika gen BRCA1/BRCA2 tidak mengalami mutasi maka pertumbuhan dan perkembangan sel-selnya normal-normal saja. Namun pada saat terjadi mutasi pada gen tersebut maka sifat sel-sel yang normal kemudian berubah sangat cepat, masif dan tidak terkendali.

Hal itu akan berakibat virulensi penyakit menjadi semakin tinggi, sehingga terjadilah kanker pada organ vital wanita tersebut.

Dengan didapatnya data sekuen DNA pada gen BRCA1 dan BRCA2 yang mengalami mutase, maka kita dapat mendeteksi dan memetakan secara pasti mana triplet kodon dari basa-basa penyusun asam amino yang mengalami mutase. Selanjutnya dapat dilakukan tindakan tepat dan terukur, baik untuk tujuan perbaikan atau kuratif secara langsung.

Baca Juga: Hukum dan Seragam Polisi (Renungan HUT Ke-76 Bhayangkara)

Dengan informasi secara akurat tentang gen dan urutan basa/DNA penyusun asam amino yang termutasi, maka diharapkan secara presisi kita dapat menghitung sampai pada persentasi berapa, mutasi tadi dapat berdampak terhadap keparahan suatu penyakit.

Ada kasus terjadinya mutasi gen selubung protein (CP) – Coat protein pada varian virus Johnsongrass mosaic (JGMV) dari tipe liar menjadi strain virus yang ganas. Ternyata mutasi yang terjadi pada virus JGMV pada gen “Coat Protein” (CP) telah mengubah sifat virus itu. Yakni, semula tidak dapat menginfeksi Sorghum Krish – yang mempunyai gen resisten, menjadi mampu.

Setelah diteliti ternyata mutasi terdeteksi di dua tempat utama yang berbeda, yaitu pada N-terminal dan “Core Region”, (Archive Virology, 1998).

Total 24 titik mutasi teridentifikasi tetapi hanya 10 basa yang menyebabkan asam amino baru berbeda dengan aslinya.

Baca Juga: NU, PKS dan Kitab Kuning

Jadi 14 basa lainnya mengalami mutasi, tetapi asam amino yang terbentuk sama dengan aslinya. Sehingga 14 basa yang mengalami mutasi tersebut disebut “silent mutation” atau mutasi diam.

Semua basa yang mengalami mutasi tidak selalu berbahaya, jika hasil amino yang dihasilkan sama dengan asam amino sebelumnya. Namun bila asam amino baru hasil mutasi berbeda dengan aslinya, kemungkinan sangat berbahaya karena dapat mengubah sifat virus menjadi ganas (dapat menginfeksi).

Hal itu seperti yang terjadi pada JGMV-Jg atau virus wild type, dari JGMV, sehingga terbentuk strain baru JGMV-Krish, yang mampu menginfeksi sorghum Krish yang mempunyai gen resisten.

Belajar dari contoh di atas kita dapat melihat bahwa sifat virus dapat berubah karena adanya mutasi, tetapi tidak semua mutasi terekspresi. Hanya mutasi yang menghasilkan asam amino baru dan berbeda dengan sifat aslinya, yang dapat menimbulkan sifat baru merugikan. Seperti timbulnya keparahan hebat atau sifat penularan yang begitu cepat dan masif.

Halaman:

Editor: Setyo Wiyono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Genom dan Presisi Terhadap Penyakit

Senin, 6 Februari 2023 | 08:48 WIB

Keamanan Digital

Rabu, 11 Januari 2023 | 16:30 WIB

Implementasi Kurikulum Merdeka

Senin, 5 Desember 2022 | 16:27 WIB

Wahyu Cakraningrat dalam Muktamar Ke-48 Muhammadiyah

Kamis, 10 November 2022 | 11:18 WIB

Platform Merdeka Mengajar

Rabu, 2 November 2022 | 16:34 WIB

LaDaRa Indonesia

Jumat, 12 Agustus 2022 | 13:44 WIB

Menebarkan Pustaka Maya

Selasa, 26 Juli 2022 | 15:36 WIB

NU, PKS dan Kitab Kuning

Rabu, 8 Juni 2022 | 11:25 WIB

Assesmen Nasional Pendidikan

Kamis, 28 April 2022 | 10:27 WIB

Membangun 'Kemesraan' NU-PKS

Senin, 11 April 2022 | 15:05 WIB

Akselerasi Transformasi Digital Pendidikan

Jumat, 8 April 2022 | 16:50 WIB

Menyambut SPBE Kemendikbudristek

Sabtu, 12 Maret 2022 | 20:21 WIB

Menanti Wamendikbud Ristek

Kamis, 17 Februari 2022 | 14:01 WIB
X