SOLO, suaramerdeka-solo.com - Tim Riset Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengembangkan alat bantu pernafasan noninvasif.
Alat tersebut berbentuk helm yang dapat digunakan untuk mempertahankan tekanan positif pada saluran napas neonates selama pernafasan spontan.
Adalah mahasiswa Fakultas Teknik UNS Surakarta Rizqi Husain Alfathan dan temennya yakni Bioma Cakrawala, Muhammad Dzaky Musyaffa, Azzahra Fadhlila Aulia Nisa, dan Rani Dwi Larasati yang mengembangkan alat tersebut.
Baca Juga: Alat Berat Diturunkan ke Rawa Jombor, Penertiban Dimulai
Tim Riset yang dibimbing oleh Ubaidillah MSc PhD itu melihat jika inovasi itu masih belum banyak dilakukan. Selain itu, Helm CPAP terbukti mampu mengurangi aerosolisasi virus secara signifikan.
Ubaidillah mengemukakan, alat tersebut dinamakan Helm CPAP yang pengoperasian nya berbasis IoT. Alat ini harapannya dapat memudahkan tenaga medis menangani pasien Covid-19. Sekaligus mengatasi kurangnya alat bantu pernapasan pasien Covid-19 di Indonesia.
Dikemukakan Ubaidillah, Helm CPAP ini sudah banyak diteliti oleh berbagai pihak. Tapi masih banyak kekurangannya. Karena itu ia dan tim dan memiliki suatu inovasi untuk membuat Helm CPAP yang dilengkapi sensor oksigen, sensor MAX 30102, dan sudah berbasis Internet of Things (IoT).
Baca Juga: 5.680 PKLW di Karanganyar Terima BLT untuk Modal Usaha. Penyalurannya Via Kodim 0727 Karanganyar
"Mengapa harus dilengkapi oleh sensor oksigen? Ini berguna untuk mengukur kadar oksigen yang masuk ke dalam antarmuka Helm CPAP," jelasnya.
Sedangkan fungsi dari sensor MAX 30102 yang ditambahkan dalam alat ini untuk mengukur kadar oksigen atau saturasi oksigen yang tersimpan di dalam darah pasien. Alat ini dibuat berbasis IoT. Sehingga penggunaan alat ini cukup mudah.
Penggunaan alat ini menurutnya sangat mudah. Pertama, pasangkan dan kaitkan Helm CPAP pada tubuh pasien. Kemudian, pasangkan rangkaian saluran output ke Helm CPAP.
Selanjutnya, hubungkan kotak micro controller ke sensor oksigen. Terakhir, hubungkan microcontroller ke smartphone. Untuk memantau pasien, petugas kesehatan hanya perlu mengeceknya melalui smartphone tersebut. **
Artikel Terkait
Giliran Fakultas Teknik UNS Siapkan Kelas Internasional
Beberapa Sekolah di Wonogiri Belum PTM. Ini Alasannya
Jalin Kerja Sama Internasional, UMS Gandeng Universitas Malaysia Perlis