4 Guru Besar Universtas Muhammadiyah Surakarta Dikukuhkan

- Minggu, 14 November 2021 | 16:01 WIB
Empat guru besar UMS yang dikukuhkan di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan, Sabtu (13/11). (SMSolo/dok)
Empat guru besar UMS yang dikukuhkan di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan, Sabtu (13/11). (SMSolo/dok)

SUKOHARJO, suaramerdeka-solo.com - Empat Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dikukuhkan bersamaan di Edutorium KH Ahmad Dahlan, Sabtu 13 November 2021.

Empat guru besar yang dikukuhkan yakni Prof Supriyono dan Prof Marwan Effendy, keduanya adalah guru besar bidang Ilmu Teknik Mesin. Sama -sama lulusan Inggris hanya beda perguruan.

Kemudian Prof Anam Sutopo, guru besar bidang Ilmu Linguistik/Penerjemahan, dan Prof Kun Harismah, guru besar bidang Ilmu Teknik Kimia.

Baca Juga: Jangan Hanya Kuliah, Berorganisasi Bisa Tingkatkan Soft Skill dan Kapasitas Mahasiswa

Pengukuhan empat staf pengajar bergelar profesor tersebut menambah catatan prestasi yang ditorehkan UMS setelah dua pekan sebelumnya, dinyatakan sebagai perguruan tinggi Islam terbaik peringkat tiga versi Uni Rank.

Dengan menyandang gelar profesor itu, kini UMS memiliki 33 guru besar dalam masa pengabdiannya selama ini.

Diawal pengukuhan itu, Prof Kun Harismah didaulat menyampaikan pidatonya dengan judul "Potensi dan Prospek Bahan Alam Indonesia untuk Mensejahterakan dan Memartabatkan Kehidupan".

Baca Juga: Seberangi Sungai saat Pintu Air WKO Dibuka, Seorang Nenek di Juwangi Tewas Terseret Arus

Dalam paparannya, dia menjelaskan bahwa potensi rempah yang dimiliki Nusantara telah menjadi penghubung antar pulau, suku, dan bangsa.

"Jalur perdagangan rempah sudah ada bahkan sebelum adanya ekspansi dagang yang dilakukan oleh Barat di Asia," terangnya.

Sejarah mencatat, rempah bukan sekedar komoditi, namun membawa nilai (value) dan gaya (lifestyle) untuk peradaban global. Bahkan cengkeh menjadi komoditas yang bernilai tinggi di masa abad ke-16.

Baca Juga: Tanam Porang di Bulu, Bupati Sukoharjo: Tanaman Porang Bisa Tingkatkan Pendapatan Petani

Adapun pada sesi pidato kedua disampaikan Prof Anam Sutopo dengan judul “Peran Penerjemahan dalam Mempertahankan Budaya Bangsa di Kancah Global”.

"Alasan yang menjadi pertimbangan judul (diantaranya) adalah, perkembangan ilmu penerjemahan sudah sangat baik dan menggurita di segala bidang," paparnya.

Menurutnya, ilmu penerjemahan hadir menjadi salah satu jembatan yang akan berperan tidak saja mempertahankan budaya bangsa, namun juga mengenalkan dan menjadikannya daya khas bagi Indonesia di kancah global.

Halaman:

Editor: Heru Susilo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X