Bahasa Ibu Makin Punah, Artificial Intellegence Bisa Jadi Alat Pelestari Bahasa Jawa

- Rabu, 23 Februari 2022 | 20:50 WIB
Seminar Daring Hari Bahasa Ibu Internasional bertajuk “Pemertahanan Bahasa Daerah Melalui Pengembangan Kamus Digital”. (SMSolo/Evie K)
Seminar Daring Hari Bahasa Ibu Internasional bertajuk “Pemertahanan Bahasa Daerah Melalui Pengembangan Kamus Digital”. (SMSolo/Evie K)

SOLO, suaramerdeka-solo.com – Sudah banyak bahasa ibu atau bahasa daerah yang lambat laun mengalami kepunahan.

Hal ini tentu saja harus diantisipasi oleh bahasa ibu sekaligus bahasa daerah mayoritas masyarakat Jawa Tengah yakni bahasa Jawa.

Ketua Pusat Unggulan Ipteks (PUI) Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof Sahid Teguh Widodo, SS MHum PhD menyampaikan banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan bahasa Jawa.

Baca Juga: Kamera Pengawas Kecepatan Akan Dipasang di KM 517,400 Jalan Tol Solo-Ngawi

Salah satu cara yang bisa digunakan yakni dengan Natural Language Processing (NLP).

Prof Sahid menjelaskan bahwa NLP merupakan salah satu cabang dari kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) yang merekam interaksi manusia dengan mesin menggunakan bahasa natural atau bahasa alami.

Meski usianya sudah setengah abad, NLP termasuk penemuan baru yang sangat membantu penggunanya mengakses data secara cepat.

Baca Juga: Gelar Vaksinasi, Sop Ayam Pak Min Dapat Penghargaan Kapolres Klaten 

"Saya kira dengan kecanggihan AI proses pelestarian (pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan) bahasa Jawa dapat cepat terwujud," ujar Prof. Sahid saat memaparkan materi pada Seminar Daring Hari Bahasa Ibu Internasional bertajuk “Pemertahanan Bahasa Daerah Melalui Pengembangan Kamus Digital”.

Lebih lanjut Prof. Sahid memaparkan bahwa data NLP terbagi menjadi dua kategori besar yakni data berlabel dan data tidak berlabel.

Data berlabel meliputi data yang berkaitan dengan aspek semantik sehingga harus dibuat secara manual.

Baca Juga: 589 Nakes di Solo Terpapar Covid-19, Pelayanan Vaksinasi Ikut Terganggu

Sementara itu, data tidak berlabel adalah data lainnya yang berkaitan dengan sintaks.

Dengan adanya dua data tersebut, pengguna tidak hanya dapat menentukan arti kata tapi juga dapat memahami penerapan tata bahasa dan makna kata.

Dalam seminar daring yang digelar oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan UNS itu, Prof. Sahid memuji peluncuran Kamus Digital Budaya Jawa.

Halaman:

Editor: Heru Susilo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X