SOLO, suaramerdeka-solo.com - Kemerdekaan dan kebebasan berpikir harus dimulai guru terlebih dulu sebelum kemudian diajarkan pada siswa.
Mengacu pada program merdeka belajar pada kondisi PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas), Andi Arfianto, guru Matematika kelas V SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran Matematika materi penyajian data.
Menurut Andi, merdeka belajar sangat berkaitan dengan model pembelajaran Project Based Learning (PBL).
Baca Juga: DEM FKIP Unisri gelar Pengabdian Masyarakat. Simak apa saja Kegiatannya
Pada model ini, pembelajaran berbasis proyek nyata untuk memastikan terbentuknya soft skill, hard skill, dan karakter yang kuat.
Menurutnya, sistem pengajaran berubah dari yang sebelumnya lebih banyak di dalam kelas menjadi lebih bervariasi dan dilakukan di luar kelas.
Sebab murid dapat berdiskusi lebih dalam dengan guru, belajar di luar kelas, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru.
Baca Juga: Pastikan Stok Aman, Satgas Pangan Polres Karanganyar Pantau Pasar dan Distributor Minyak Goreng
Hal tersebut akan mendukung terbentuknya karakter peserta didik yang berani, mandiri, terampil berkomunikasi, berkarakter, literat, dan berkompetensi. Karena, sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya dalam bidang masing-masing.
"Melalui PBL, murid menjadi terbuka pola pikirnya, diberikan pemantik satu pertanyaan bisa menjawab dengan pola pikir yang berbeda-beda. Mereka juga bisa mendiskusikannya secara terbuka," ujar Andi.
Sintak model pembelajaran PBL terdiri dari enam langkah. Pertama, orientasi murid pada masalah.
Baca Juga: Empat ODGJ di Boyolali Dilepaskan dari Pasungan
Dalam kegiatan ini guru memberikan kesempatan kepada murid untuk mengamati gambar yang berkaitan dengan penyajian data, mengidentifikasi, dan mencari informasi.
Kedua, murid dibagi ke dalam kelompok dengan anggota 3 – 4 anak. Guru menginstruksikan bahwa setiap kelompok melakukan diskusi untuk menentukan ketua (leader), presenter (presentasi), pencatat (penyaji).
Ketiga, membimbing penyelidikan murid secara mandiri maupun kelompok. Pada langkah ini, guru membimbing murid mencari data secara berkelompok sesuai petunjuk di lembar kerja peserta didik (LKPD) dengan praktik di luar kelas.
Artikel Terkait
Kali Pertama UNS Beri Gelar Profesor Kehormatan. Apa Alasannya?
Unisri Surakarta Awali Rangkaian Dies Natalis Ke-42
World Dance Event 4.6 Javanologi UNS Diikuti 30 Negara
Kukuhkan Guru Besar Kehormatan, Rektor UNS: Gelar Profesor Miliki Konsekuensi Berat