Teliti Budaya Jurnalisme, Wartawan Suara Merdeka Raih Gelar Doktor di UNS

- Selasa, 15 November 2022 | 11:45 WIB
Ketua Dewan penguji Prof Dr Ir Ahmad Yunus MS menyerahkan hasil nilai dalam ujian terbuka promosi doktor Sri Syamsiyah LS. (SMSolo/Evie Kusnindya)
Ketua Dewan penguji Prof Dr Ir Ahmad Yunus MS menyerahkan hasil nilai dalam ujian terbuka promosi doktor Sri Syamsiyah LS. (SMSolo/Evie Kusnindya)

Baca Juga: Ajak Ciptakan Ketahanan Pangan dari Rumah Tangga, Ini yang Dilakukan Mahasiswa Pertanian UNS

Kemampuan, motivasi, nilai yang dianut individu yang berbeda akan menyebabkan kompetensi yang dimiliki juga berbeda. Media dengan segmentasi yang berbeda juga membentuk kompetensi yang berbeda pula.

Jenis dan lama pendidikan dan pelatihan, proses kerja, mekanisme sanksi yang dilaksanakan media akan membentuk kompetensi teknis yang berbeda pada wartawan.

Begitu juga faktor makro, misalnya faktor politik, ekonomi politik, bisnis media, budaya dan teknologi yang berbeda akan menyebabkan kompetensi behavioral/kompetensi teknis yang berbeda pula.

Baca Juga: Pemberian Reward Diperluas, Bupati Karanganyar Pompa Semangat Anak Muda untuk Kuliah

‘’Pada situasi politik misalnya perbedaan regulasi dan kebijakan pers akan membuat kompetensi teknis wartawan berbeda.

Karena itu kita mengenal dulu ada penyebutan pers perjuangan untuk pers pada masa kemerdekaan, kemudian pers pembangunan dan sekarang berbeda lagi karena situasi politik yang berbeda,’’ jelas dia yang juga pengajar di Universitas Semarang (USM) dan dosen di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Tak hanya faktor politik, faktor budaya juga membentuk kompetensi behavioral yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain.

‘’Cara menulis berita pada wartawan Yogyakarta akan berbeda dengan wartawan Medan, Jakarta dan Semarang. Masing-masing memiliki kekhasan tersendiri,’’ jelas dia.

Baca Juga: UMS Launching 5 Program Studi Baru Program Magister dan Program Doktor

Terkait dengan budaya ini, Syamsiyah telah menuliskan dalam artikel dan telah terbit dalam Jurnal Journalism Studies dari Taylor and Francis. Jurnal tersebut merupakan jurnal terindek Scopus Q1.

‘’Artikel berjudul Morphology of Journalism Culture in the Context of Local Culture,’’ katanya.

Lebih lanjut Syamsiyah juga menjelaskan faktor Teknologi juga membentuk kompetensi teknis yang berbeda. Pada penelitian ditemukan sejumlah wartawan yang bersifat polivalent yang tidak hanya menguasai satu platform tetapi juga dituntut untuk memiliki kompetensi pada platform yang lain.

Selain itu berkembangnya teknologi juga menyebabkan berkembangnya berbagai gendre jurnalisme yang menunut kompetensi yang berbeda pula.**

Halaman:

Editor: Setyo Wiyono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

KAI Gandeng UNSA, Bantu Masyarakat yang Terjerat Hukum

Senin, 27 Februari 2023 | 10:38 WIB

Selamat, UNS Solo Naik Satu Peringkat di Webometrics

Senin, 6 Februari 2023 | 19:55 WIB
X