Padi Siap Panen Roboh Diterjang Banjir. Harga Tebas Anjlok, Petani Menjerit

- Jumat, 3 Maret 2023 | 19:36 WIB
Giyoto petani Desa Pringanom Kecamatan Masaran, Sragen, Jumat (3/3) menegakkan kembali tanaman padi siap panen yang roboh akibat terendam banjir.  (SMSolo/Anindito AN )
Giyoto petani Desa Pringanom Kecamatan Masaran, Sragen, Jumat (3/3) menegakkan kembali tanaman padi siap panen yang roboh akibat terendam banjir. (SMSolo/Anindito AN )

SRAGEN, suaramerdeka-solo.com - Banjir akibat curah hujan tinggi dan meluapnya Bengawan Solo yang melanda sebagian wilayah Kabupaten Sragen, mulai surut, Jumat (3/3/2023).

Namun dampak yang ditinggalkan membuat warga korban banjir, gundah. Kalangan petani korban banjir pun menjerit.

Sebab, sebagaian tanaman padi yang siap panen turut kebanjiran. Padi siap panen yang kebanjiran itu, harganya anjlok.

Baca Juga: Dua Rumah di Sragen Diterjang Longsor, Permukiman Ratusan Warga Tergenang Banjir

''Harga gabah (padi yang terendam) bisa dikatakan tidak lagi turun, tapi anjlok,'' kata Giyoto petani Desa Pringanom, Kecamatan Masaran, Sragen.

Dia bersama keluarganya menyambangi sawahnya yang mestinya akan dipanen sepekan lagi. Mereka berusaha menyelamatkan padinya.

Yakni dengan mengikat lima hingga enam batang padi menjadi satu agar bulirnya yang menjuntai ke tanah basah, bisa lebih tegak dan tidak membusuk.

Baca Juga: Korban Banjir di Sragen Tersengat Listrik. PLN Matikan Aliran Listrik Sementara

"Kalau padi tidak diikat supaya tegak, maka mesin kombain (combine harvester) tidak bisa memotong padi yang roboh saat dipanen nanti,'' terang Giyoto.

Harga padi roboh jika dijual ke pedagang atau tengkulak kelilingan, nilainya jatuh.

Suharto petani lain mengungkapkan, harga padi di lahan ukuran satu pathok atau lebih dari 3.300 m2, dihargai tak sampai Rp 6 juta.

Selain Giyoto, banyak petani di wilayah Desa Pringanom, Masaran yang membiarkan tetap roboh tanaman padinya yang siap panen. Sebab mereka dihadapkan pada keterbatasan tenaga.

Baca Juga: Sekolah Tergenang Banjir, Siswa SDN Gentanbanaran 1 dan 2 Diliburkan. PTS Diundur

Akibatnya sudah bisa diduga, tukang tebas atau pembeli padi kelilingan menghargai murah padi panen yang roboh.

''Nandure wae angel, regone pupuk larang. Bareng wis panen regane murah (Menanamnya sulit, harga pupuk mahal. Setelah panen harganya murah),'' ungkap Suharto.

Halaman:

Editor: Setyo Wiyono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X