Ratusan Tenong Pada Arak-arakan Tradisi Sadranan Jelang Ramadan di Lereng Merapi-Merbabu

- Kamis, 9 Maret 2023 | 15:14 WIB
Arak-arakan warga Dukuh Dungus Desa Seboto, Kecamatan Gladagsari, Boyolali, membawa tenong berisi aneka makanan untuk ritual sadranan.  (SMSolo/Joko Murdowo )
Arak-arakan warga Dukuh Dungus Desa Seboto, Kecamatan Gladagsari, Boyolali, membawa tenong berisi aneka makanan untuk ritual sadranan. (SMSolo/Joko Murdowo )

 

BOYOLALI, suaramerdeka-solo.com - Tradisi nyadran atau sadranan dilakukan warga di sejumlah desa kawasan lereng Gunung Merapi-Merbabu di wilayah Kecamatan Gladagsari, Ampel dan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

Salah satunya digelar warga dalam tradisi menjelang bulan puasa Ramadan di Dukuh Dungus Desa Seboto, Gladagsari itu, Kamis (9/3).

Ratusan tenong diarak warga setempat dalam tradisi sadranan. Tenong-tenong itu berisi aneka makanan dan jajanan. Ada nasi tumpeng lengkap dengan lauk ayam utuh, sambel goreng dan krupuk. Ada pula aneka makanan kecil atau jajanan pasar.

Baca Juga: Bulan Ruwah dan Tradisi Sadranan, Harga Bunga Mawar Melonjak Tajam

Selanjutnya, arak- arakan langsung ke makam dukuh setempat. Sesampai di makam, tenong dibuka dan jajanan pasar pun dimakan bersama. Bahkan, para warga juga saling bertukar jajanan pasar yang dibawa.

Setelah itu, mereka membaca doa tahlil untuk mendoakan arwah leluhur, dipimpin tokoh agama setempat. Usai tahlil, tibalah saatnya menikmati hidangan utama berupa nasi tumpeng dan lauk ayam.

Semua nampak gembira, bahkan pengunjung dari luar pun tak perlu berkecil hati. Warga akan menawari makanan yang dibawa.

Baca Juga: Warga Bramen Gelar Sadranan, Pertama Sejak Pandemi

Warga setempat merasa semakin gembira dan puas, jika makin banyak orang yang turut menikmati makanan yang dibawanya. Mereka percaya dengan membagi makanan tersebut bakal membawa berkah bagi keluarganya.

Usai makan bersama, warga pun pulang ke rumah masing- masing. Namun demikian, bukan berarti tradisi sadranan telah usai.

Ya, begitu pulang, warga akan membuka pintu rumahnya lebar- lebar. Mereka menantikan sanak keluarga maupun tetangga untuk saling silaturahmi atau berkunjung.

Baca Juga: Mewahnya Koleksi Cincin dan Jam Kepala Bea Cukai Makasar, Viral

Menurut Kades Seboto, Kamali, ritual nyadran atau sadranan digelar rutin dua kali setahun. Yaitu pada bulan Sapar dan Ruwah pada penanggalan Jawa. Kegiatan ini terus dilestarikan warga hingga sekarang.

“Ini juga bentuk kearifan lokal, warga mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia,” katanya.

Halaman:

Editor: Setyo Wiyono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Baznas Gulirkan Bantuan ZChicken, Ini Tujuannya

Kamis, 25 Mei 2023 | 08:56 WIB

Tie Rod Patah, Bus Rajawali Terguling ke Ladang

Senin, 22 Mei 2023 | 06:26 WIB
X