SOLO, suaramerdeka-solo.com – Belakangan ini media sosial dihebohkan dengan penggunaan trilingual atau multilingual dalam beberapa unggahan.
Hal ini bermula saat ada unggahan viral sebuah paragraf yang ditulis menggunakan beberapa bahasa sekaligus. Warganet kemudian bereaksi dengan membuat unggahan yang sama dengan bahasa yang berbeda.
Bahkan Instagram resmi @bipakemdikbud pun tidak ketinggalan tren dengan membuat paragraf yang mencampur beberapa bahasa yakni bahasa Indonesia, bahasa Sunda, bahasa Inggris, dan bahasa Korea.
Baca Juga: Kartasura dan Grogol Sukoharjo juga Dilanda Banjir
Pakar bahasa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum menanggapi fenomena bahasa ini. Menurut Dr. Rohmadi, fenomena ini dapat ditilik dari linguistik fungsional yang berdimensi pada triadik yakni bentuk, fungsi, dan konteks.
Konteks memegang peranan penting dalam penggunaan multilingual atau multibahasa pada kehidupan sehari-hari. Tuturan tersebut pun memiliki maksud tersirat khusus.
“Di situ pasti ada implikatur tersendiri. Implikaturnya apa yakni maksud tersiratya apa, " kata pengajar Fakultas Ilmu Budaya ini.
Baca Juga: Proliga 2022: Wow, Mengejutkan. Sukun Badak Tumbangkan Pertamina Pertamax
Yang pertama, menurut Rohmadi, ada yang menggunakan multibahasa sebagai pembeda dirinya dengan orang lain. Ada yang menggunakan multibahasa untuk menjaga reputasi bahwa dia menguasai banyak bahasa.
Ada juga yang bertujuan menarik pembaca atau penonton dan juga ada yang bertujuan sebagai daya persuasif. Ini masing-masing terintegrasi dalam fungsi kebahasaan.
Artikel Terkait
Kiriman Stok Tambahan Tiba, Pemkot Surakarta Siapkan Vaksinasi Booster untuk 10 Ribu Orang
Ini Penampakan Mobilio Pelaku Dugaan Perkosaan Warga Simo. Berplat Nomor Solo
Gawat, Omicron Masuk Jateng. 9 Pasien Ditemukan Salah Satunya dari Sukoharjo
Luapan Kali Jenes Rendam Permukiman Warga di Solo