SUKOHARJO, suaramerdeka-solo.com - Wajah Tarjo (60), warga Desa Badran, Polokarto, Sukoharjo nampak cemas Jumat (4/2/) siang.
Dia mondar-mandir di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Sukoharjo yang berada di Jalan Rajawali. Kakek yang saat itu mengenakan baju batik lengan panjang itu, nampak gelisah sembari sesekali melihat ke seluruh sudut RPH.
Ternyata, Tarjo sedang cemas menunggu proses kelahiran sapi betinanya. Sebab, sudah sejak Kamis (3/2), sapinya kesulitan untuk melahirkan. Karena itulah dia membawa sapinya ke RPH untuk mendapat penanganan.
Baca Juga: Komunitas Petani Perempuan Milenial Sragen Dukung Cak Imin Maju Pilpres 2024
"Ini sudah sejak kemarin mau melahirkan tetapi tidak bisa. Saya terus menghubungi petugas dan dibawa ke sini," ujarnya.
Kecemasan Tarjo semakin tidak bisa disembunyikan takkala melihat petugas kesehatan hewan mengeluarkan obat, alat suntik dan bius. Sebab menurut informasi yang dia terima, jika tidak bisa melahirkan normal akan dilakukan operasi sesar.
Baca Juga: Jabat Kapolres Boyolali, AKBP Asep Mauludin Gaungkan Program Ayo Jaga Boyolali
Tidak lama kemudian, tim kesehatan yang dipimpin dokter hewan Leni memeriksa sapi. Dari pemeriksaan yang dilakukan ternyata ada kelainan pada anak sapi (pedet) yang ada di perut induknya.
Diketahui bahwa anak sapi itu kasusnya distorsia atau posisinya tidak normal sehingga tidak bisa dilahirkan normal. Upaya yang dilakukan harus direposisi untuk selanjutnya ditarik keluar.
Baca Juga: Tersangka Perdagangan Daging Anjing Dilimpahkan ke Kejari
Namun jika itu tidak berhasil dilakukan operasi pembedahan atau cesar. Hanya saja, setelah proses reposisi yang dilakukan tim kesehatan berhasil, dan pedet bisa dikeluarkan, ternyata pedet sudah mati.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo Bagas Windaryatno yang terlibat dalam proses itu mengatakan, posisi pedet yang tidak normal atau itu distorsia yang menyebabkan induk tidak bisa melahirkan dengan lancar atau normal.
"Reposisi itu untuk mengembalikan ke posisi semula agar bisa ditarik keluar. Sebab jika reposisi tidak berhasil akan dilakukan operasi pembedahan atau sesar," jelas Bagas.
Baca Juga: Pemindahan Dagangan PKL Malioboro Diharapkan Rampung Pekan Ini
Hanya saja, dari proses yang cukup menegangkan tersebut, begitu pedet bisa ditarik keluar kondisinya sudah tidak bernyawa alias mati.
Artikel Terkait
Kapolres Sukoharjo: Kasus Pembacokan di Grogol dan Mojolaban Bukan Klitih
Pererat Silturahmi, Kapolres Sukoharjo Terima Kunjungan Pengurus Yayasan Gema Salam
Polres Sukoharjo Gelar Vaksinasi Booster Untuk Purnawirawan Polri
Tersangka Perdagangan Daging Anjing Dilimpahkan ke Kejari