Minyak goreng Langka, Perajin UMKM di Boyolali Keripik Usus dan Belut Merana

- Selasa, 15 Maret 2022 | 13:54 WIB
Pekerja menggoreng keripik usus di tempat UMKM milik Ririn warga Dukuh Peni, Desa Kuwiran, Banyudono. (SMSolo/Joko Murdowo)
Pekerja menggoreng keripik usus di tempat UMKM milik Ririn warga Dukuh Peni, Desa Kuwiran, Banyudono. (SMSolo/Joko Murdowo)

 

Boyolali, suaramerdeka-solo.com - Kelangkaan minyak goreng (migor) yang terus berlanjut hingga kini membuat pusing perajin usaha kecil mikro menengah (UMKM) keripik usus dan belut.

Kondisi diperparah dengan ikut naiknya harga tepung dan bawang putih.

“Ini membuat biaya produksi semakin mahal,” ujar perajin UMKM keripik usus dan belut di Dukuh Peni, Desa Kuwiran, Banyudono, Ririn Trisnawati (40), Selasa (15/3).

Baca Juga: Satu Abad Perjuangan Samin Surosentiko. Kisah Ningrat yang Merakyat Hingga Dibenci Kolonial Belanda

Dijelaskan, kelangkaan migor membuat dia tak bisa produksi penuh. Normalnya dia memproduksi 400-500 kilogram usus goreng/hari. Sedangkan kebutuhan minyak mencapai 100 liter /hari.

"Bahkan saat harga minyak melambung, saya juga masih bisa produksi normal. Namun setelah migor langka, produksi usus goreng turun. Kini maksimal hanya bisa memproduksi 250-270 kilogram/hari."

Baca Juga: Durasi Lampu Merah di Simpang Fajar Indah jadi Lebih Panjang, Ini Penyebabnya

Ririn mengaku hanya bisa mendapatkan tiga kardus migor seharga Rp 17.000 - Rp 18.000/liter. Itupun, dia harus meminta tolong teman-temannya. Sayangnya, tiap pembelian migor, dia juga harus membeli produk penyerta lainnya.

“Sekarang beli migor 3 karton tapi juga harus beli barang lain, seperti makaroni 10 kilogram yang harganya Rp 123.000. Ini sangat memberatkan pengusaha kecil seperti saya.”

Bahkan, dirinya sempat berhenti produksi selama tiga hari, karena tidak mendapat pasokan migor. Padahal pesanan usus goreng terus berdatangan dari sejumlah kota di Jawa -Bali.

Baca Juga: Misteri Tewasnya Suminem Warga Karangpandan Terkuak. Ternyata Ini Penyebabnya

Untuk pembeli di kota besar, dia bisa menyetor hingga 700-800 bal ukuran 2 kilogram/minggu. Karena produksi anjlok, dia hanya bisa mengirim maksimal 200 bal.

"Pesanan banyak, tapi minyak langka jadi produksi sudah tak bisa ditarget. Kalau yang langka usus atau gas masih bisa diantisipasi karena penyuplai banyak. Kalau minyak goreng langka, sangat susah. Semua kosong.”

Baca Juga: Tidak akan Menuntut, Keluarga Dokter Sunardi Menerima dan Ikhlas

Halaman:

Editor: Heru Susilo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Ramadan, 22 Masjid di Boyolali Digelontor Bantuan

Kamis, 30 Maret 2023 | 13:08 WIB

PDIP Boyolali Target Raih 41 Kursi DPRD

Senin, 20 Maret 2023 | 15:02 WIB
X