BOYOLALI, suaramerdeka-solo.com - Menjelang akhir bulan Ruwah pada penanggalan Jawa, harga bunga mawar bertambah mahal.
Dari sebelumnya Rp 50 ribu/rinjing kini menjadi Rp 150 ribu bahkan Rp 300 ribu /rinjing. Bunga mawar biasa dipakai sebagai bunga tabur untuk ziarah ke makam.
Di Pasar Boyolali Kota, penjual kembang tabur berjejer disepanjang trotoar pada Senin (21/3). Diantara mereka, juga ada ada beberapa penjual mawar dadakan yang berjualan saat bulan Ruwah saja.
Baca Juga: Polres Sukoharjo Bertekad Raih Zona Integritas WBK
Hanya saja, ruwahan tahun ini terasa lebih lengang. Lalu lalang pembeli kembang tak semeriah dua tahun lalu. Hal ini sebagai dampak pandemi Covid-19 yang masih dirasakan hingga sekarang ini.
Salah satu penjual bunga tabur, Supinah (64), mengatakan harga bunga tabur mulai mengalami kenaikan meski tak semahal dua tahun lalu.
Selain karena mendekati akhir Ruwah, pasokan bunga asal Bandungan, Semarang sudah tidak ada.
Baca Juga: Gus Yaqut Bertemu dengan Menteri Haji Arab Saudi, Bisa Naik Haji?
“Saat ini harga satu ceting seharga Rp 20 ribu, dan satu rinjing seharga Rp 100- Rp 150 ribu. Tapi ini termasuk lebih murah daripada dua tahun lalu.”
Dia menjual sesuai pesanan pembeli. Mulai dari kembang setaman, liman, piton, songo dan komplitan. Isinya campuran kembang mawar, kenanga, melati, kantil kuning, kantil putih juga cempaka mulyo.
“Pembeli memang menurun, bahkan mencapai 50 persen lebih. Ditambah lagi, kegiatan sadranan dibatasi. Padahal mayoritas pembeli berasal dari Cepogo hingga Selo yang memiliki tradisi sadranan.”
Baca Juga: Kocaknya Konten Bunga Salsabila, Review dengan Bahasa Jawa Medok
Sumiyem, penjual bunga tabur lainnya mengaku mengambil bunga mawar dari petani di Kecamatan Tamansari dan Musuk. Satu rinjing dibeli dengan harga Rp 60 ribu. Ada kenaikan sekitar Rp 20 -Rp 30 ribu/rinjing. Lalu dijual lagi seharga Rp 100 ribu/rinjing.
“Biasanya mendekati akhir bulan Ruwah ramai pembeli. Tapi tahun ini memang tidak seramai dulu.”
Artikel Terkait
Ditabrak Pelaku Balap Liar, Warga Banyudono, Boyolali Patah Kaki
Kemarin Makan Bebek, Kali ini Ular Sanca Ditemukan Melilit Seekor Ayam
Warga Sukabumi, Cepogo Gelar Sadranan, Tradisi Leluhur sejak Ratusan Tahun
Angin Ribut Terjang Dua Desa di Mojosongo Boyolali
Sempat Vakum karena Covid Warga Cepogo Antusias Tradisi Sadranan kembali Digelar