Anak Muda Jangan Takut Berpolitik

- Jumat, 25 Maret 2022 | 07:45 WIB
Kegiatan Srawung Kebangsaan : "Papar Nalar  Pemuda Karanganyar" digelar DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Karanganyar di New Normal Cafe, Rabu (23/3) malam. (SMSolo/dok) (SMSolo/dok)
Kegiatan Srawung Kebangsaan : "Papar Nalar Pemuda Karanganyar" digelar DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Karanganyar di New Normal Cafe, Rabu (23/3) malam. (SMSolo/dok) (SMSolo/dok)

KARANGANYAR, suaramerdeka-solo.com - Anak muda jangan takut terjun ke dunia politik.

Sebab, anak muda menjadi penerus tongkat estafet dalam keberlanjutan proses demokrasi.

Hal itu mengemuka dalam acara Srawung Kebangsaan "Papar Nalar Pemuda Karanganyar" yang digelar DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Karanganyar di New Normal Cafe, Rabu (23/3) malam.

Baca Juga: Polres Klaten Sidak Distributor Minyak Goreng di Ceper

Acara itu diikuti perwakilan tujuh organisasi sayap partai berbasis anak muda di Karanganyar, serta perwakilan dari unsur pemerintah.

Organisasi sayap partai yang hadir adalah Komunitas Juang (PDIP), Gema Keadilan (PKS), Barisan Muda PAN, Tunas Indonesia Raya (Partai Gerindra), Angkatan Muda Demokrat (Partai Demokrat) dan Garda Bangsa (PKB).

Ketua DPD KNPI Karanganyar Aan Shopuanudin mengatakan, menjelang Pemilu 2024, politik menjadi tema yang relevan untuk dibicarakan.

Baca Juga: LSD Diterapkan, Pengusaha dan Investor di Sragen Mengeluh

"Dalam konteks organisasi pemuda, KNPI ingin tahu, bagaimana anak-anak muda memandang politik. Bagaimana anak muda tidak takut berpolitik. Bagaimana mereka tidak takut dengan pandangan sebagian orang, yang mengkonotasikan politik secara minor," ujarnya.

Padahal, di tangan anak mudalah, proses demokrasi akan berlanjut. Sebab, mereka yang memegang tongkat estafet regenerasi di partai politik, yang menjadi bagian penting dalam proses demokrasi.

Baca Juga: Benturan dengan Kendaraan Misterius, Pengendara Motor Tewas. Polisi Wonogiri Menyelidikinya

Aan berharap, dari kegiatan tersebut, makin banyak anak muda yang melek politik, memiliki pandangan yang lebih terbuka terhadap politik.

"Menjadi bagian dari keberlangsungan proses demokrasi, tentu dengan segala konsekuensinya. Misalnya, karena bergabung di parpol, maka tidak bisa menjadi penyelenggara pemilu, maupun pengawas pemilu," imbuhnya. **

Editor: Heru Susilo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X