Terlebih, kebanyakan dari mereka tidak bisa berbahasa Arab. Dalam pengajian itu, dia mengedepankan pemahaman dan kebahasaan membaca kitab kuning.
Baca Juga: H-9 Lebaran, 312.755 Kendaraan Keluar dari Jabodetabek
"Saya yang membaca, mereka yang mengharokati plus memaknai arti kata per kata. Bisa dibilang menerjang tatanan pesantren salaf yang kalau baca kitab kuning harus bisa bahasa Arab dulu," terangnya.
Adapun tema yang dibawakan lebih kepada masalah rasa berkehidupan, berkemanusiaan dan rasa beragama itu sendiri.
Diskusi menjadi lebih asyik ke karena peserta yang sudah dewasa itu bertukar pikiran dalam ranah aplikasi realita kehidupan sesungguhnya.
Baca Juga: Ratusan Kendaraan Terjebak Antrean Panjang di Exit Tol Pejagan. Ini Penyebabnya
Yakni bagaimana berkomunikasi dengan masyarakat, tetangga dan orang lain yang melibatkan rasa, agama, budaya, sosial dan sebagainya.
Pengajian dimulai jam 21.00 sampai 24.00 WIB. Peserta tidak berpakaian ala pesantren. Mereka berpakaian ala umum, terkadang berkaos, tidak berkopiah atau bersarung.
Pengajian dengan konsep tersebut ternyata diikuti dengan antusias. "Ada yang sarungan, tidak sarungan, tidak masalah. Setelah selesai, masih bersemangat ngobrol ngalor-ngidul, curhat sana curhat sini."
Artikel Terkait
Apel Operasi Ketupat Candi 2022, Jekek: Wonogiri Salah Satu Tujuan Utama Pemudik
Masa Lebaran 2022, Objek-Objek Wisata di Wonogiri Dibuka
Ponten, Pokoh dan Wisata Waduk Gajahmungkur Titik Rawan Kepadatan Lalu Lintas
Anggota Polres Wonogiri Diinstruksikan Harus Mawas Diri