3 Tahun, Klaten Tak Menggelar Tradisi Maleman dan Syawalan Rawa Jombor

- Rabu, 4 Mei 2022 | 10:50 WIB
Ilustasi relawan melakukan pembongkaran dermaga di sisi barat Rawa Jombor. (SMSolo/Merawati Sunantri)
Ilustasi relawan melakukan pembongkaran dermaga di sisi barat Rawa Jombor. (SMSolo/Merawati Sunantri)

KLATEN, suaramerdeka-solo.com – Tahun 2022 ini, Pemkab Klaten kembali tidak mengadakan tradisi Syawalan yang ditandai rebutan ketupat di Bukit Sidoguro kompleks Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat.

Tradisi syawalan biasanya digelar setiap 8 Syawal pada penanggalan Jawa dengan dihadiri belasan ribu warga, baik dari sekitar Rawa Jombor maupun dari berbagai daerah di luar Klaten.

Prosesi diawali dengan arak-arakan gunungan ketupat dari Masjid Raya Klaten untuk dibawa menuju Bukit Sidoguro.

Baca Juga: Fokus Keselamatan Wisatawan, Polres Klaten Siapkan Pos Terpadu di Girpasang dan Rawa Jombor

Di sana dilakukan upacara dengan tradisi, kemudian gunungan ketupat diperebutkan oleh pengunjung.

‘’Tahun ini, Pemkab Klaten belum secara resmi mengadakan tradisi Syawalan di Bukit Sidoguro Rawa Jombor, karena Klaten masih berada di PPKM level 2, semoga tahun dengan kondisi sudah lebih baik jadi bisa kembali digelar,’’ kata Kepala Disbudporapar Klaten, Sri Nugroho.

Bahkan, Pemkab Klaten juga tidak menggelar tradisi maleman yang dimulai pada 21 Ramadhan di GOR Gelarsena Klaten Utara.

Baca Juga: Revitalisasi Rawa Jombor Berlanjut, Rp 2,7 Miliar untuk Bangun Pedestrian

Biasanya ratusan pedagang menggelar barang dagangan di GOR dan sekitarnya.

Tradisi maleman yang mirip pasar malam itu terkait dengan syawalan.

Setelah Ramadhan usai, para pedagang akan berpindah ke Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes tak jauh dari Rawa Jombor hingga beberapa hari setelah tradisi Syawalan selesai.

‘’GOR Gelarsena yang sebelumnya digunakan untuk isolasi warga positif covid-19, saat ini masih ada sarpras untuk persiapan isolasi terpusat. Jadi belum bisa digunakan untuk menggelar maleman,’’ kata Sri Nugroho.

Baca Juga: Mulai 20 April 2022, Air Rawa Jombor akan Dikurangi Hingga Tersisa 15 Persen

Baik syawalan maupun maleman sebenarnya bisa menggerakkan perekonomian masyarakat.

Namun karena keterbatasan, maka Pemkab Klaten memilih untuk tidak mengadakan tradisi tersebut karena pandemi belum usai.**

Halaman:

Editor: Setyo Wiyono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Stunting di Klaten Urutan 11 Terendah di Jateng

Jumat, 26 Mei 2023 | 06:00 WIB
X