Suwarti 35 Tahun Mengabdi Menjadi Guru, Dianggap Tak Layak Dapat Pensiun

SRAGEN, suaramerdeka-solo.com – Nasib pelik dialami Suwarti (61) pensiunan guru SD warga Dukuh/Desa Blimbing RT 16 Kecamatan Sambirejo, Sragen.

Pasalnya, meski sudah 35 tahun mengabdi sebagai guru agama namun saat sudah pensiun malah dirundung masalah administrasi kepegawaian yang carut marut.

Bahkan dia diminta mengembalikan gaji selama dua tahun dengan nilai sekitar Rp 160 juta.

Baca Juga: Pensiunan Guru SD di Sragen Diminta Kembalikan Gaji Rp160 Juta, Viral

Suwarti menceritakan, ia lulusan Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA) di Solo.

Selanjutnya menjadi guru Wiyata Bakti (WB) di beberapa sekolah seperti SDN Blimbing 3 Sambirejo, SDN Blimbing 2 Sambirejo dan SDN Sambirejo.

Saat mengabdi di SDN Sambi 1, tahun 2014 dia diangkat menjadi CPNS.

“Pada 2014, saya diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan menjadi PNS pada 2016 dengan penempatan di SDN 2 Jetis, Sambirejo, sampai pensiun,” kata Suwarti.

Baca Juga: Tim Pengabdian FKIP UNS Surakarta Dampingi Guru SD di Kebumen. Apa Saja yang Diajarkan?

Menurutnya, dalam SK CPNS yang dia terima, tertulis profesinya adalah sebagai guru agama. Kemudian dia dipindah ke SDN Jetis 2 Sambirejo, Sragen.

”Saat menjadi CPNS PGA, SK masuk sebagai guru, lalu kuliah lagi S1, Sejak pemberkasan selalu di tolak dari CPNS ke PNS,” terangnya.

Baru pada 2016, ia diangkat sebagai PNS. Suwarti tetap melanjutkan mengajar, hingga masa mengabdinya selesai pada 1 Juli 2021.

Masalah timbul ketika sudah memasuki masa pensiun. Kinerjanya dinilai kurang dari 5 tahun sebagai PNS, karena terkait ijazah S1 miliknya yang belum keluar.

Baca Juga: Masuk RS Karena Kecelakaan, Guru SD di Juwiring Klaten Positif Covid-19

Pihaknya mencoba mengurus administrasi hingga ke Badan Kepegawaian Nasional (BKN).