KLATEN, suaramerdeka-solo.com - Imbauan untuk tidak mencuci jerohan hewan kurban di sungai oleh aktifis pecinta lingkungan, ditanggapi warga Dukuh Cokro Kembang RT 18, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten dengan memanfaatkan limbah menjadi pupuk.
Bila di beberapa daerah, imbauan itu direspon dengan membuat lubang resapan di dekat lokasi penyembelihan. Lubang itu digunakan untuk menampung darah hewan kurban saat disembelih, dan kotoran dari dalam jerohan.
Namun di RT 18, panitia kurban membawa jerohan sapi yang usai disembelih ke sungai terdekat yakni Sungai Pusur. Di sana mereka tak membuang kotoran sapi ke dalam sungai. Mereka menampungnya dalam wadah drum plastik ukuran besar.
"Tahun ini, umat muslim Cokro Kembang khususnya RT 18 menyembelih 4 ekor sapi. Setelah disembelih, kami membawa jerohan ke Sungai Pusur. Namun kotoran sapi tidak dibuang ke sungai, tapi kami tampung untuk dijadikan pupuk," kata tokoh masyarakat setempat yang juga pegiat lingkungan, Danang Heri Subiyantoro.
Selanjutnya, kotoran 4 ekor sapi ditampung dalam beberapa drup warga biru. Kemudian diberikan cairan fermentasi yakni Rizhobacter. Selanjutnya, drup ditutup untuk proses fermentasi selama beberapa hari.
Baca Juga: Bawa Pasien Kritis, Ambulan di Kudus Terlibat Kecelakaan. Pasien Kritis Akhirnya Meninggal di RS
"Kotoran hewan kurban akan dijadikan pupuk organic yang kandungnya bagus untuk tanaman. Airnya yang full unsur hara mikro dijadikan pupuk cair, sedangkan ampasnya bisa dijadikan pupuk tanaman dan bunga-bunga yang ditanam warga," ujar Danang.
Dengan cara itu, dia berharap, kotoran sapi tidak mencemari lingkungan bahkan bisa diolah menjadi pupuk yang bermanfaat. Dengan cara itu, Sungai Pusur yang airnya jernih tidak akan tercemar sehingga airnya tetap jernih sampai ke daerah hulu. **