BOYOLALI, suaramerdeka-solo.com - Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali memiliki keunikan tersendiri. Ya, salah satu desa di kawasan lereng Gunung Merapi ini dikenal sebagai desa penghasil Bunga Mawar.
Rata-rata penduduknya memiliki tanaman Bunga Mawar. Tak hanya di ladang, tanaman Bunga Mawar juga terdapat di pekarangan rumah.
Hasil yang didapat pun cukup lumayan untuk menjaga kebutuhan dapur sehari- hari. Dari seratusan batang pohon Bunga Mawar, bisa menghasilkan rupiah minimal Rp 30 ribu/hari.
Baca Juga: Penjualan Bunga Mawar di Boyolali Lesu, Dampak Pembatasan Sadranan
Bahkan pada hari tertentu seperti malam Jumat, penjualan mawar bisa meningkat karena harga mawar bisa lebih mahal lagi. Pendapatan warga bisa sampai Rp 50-100 ribu/orang. Pendapatan dari penjualan mawar bertambah lagi saat bulan Ruwah pada penanggalan Jawa.
“Saat bulan Ruwah, harga Bunga Mawar bisa tembus Rp 200-250 ribu per keranjang. Praktis pendapatan warga makin bertambah,” ujar Tia (32), salah satu warga Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Senin (31/10).
Dia mengaku menanam mawar di halaman dan pekarangan rumahnya, juga di ladangnya seluas kurang lebih 1.000 meter persegi. Tak heran, hampir setiap hari dia bisa memanen Bunga Mawar hingga 3-4 keranjang. Bunga Mawar dia jual kepada pedagang pengepul di pasar desa.
Baca Juga: Misteri Sendang Panguripan di Patirtan Cabeyankunti Lereng Merapi. Mitos Mengejar Pangkat
“Hasilnya lumayan untuk menambah belanja kebutuhan sehari-hari. Terutama untuk kebutuhan makan keluarga sudah aman.”
Hal senada juga diungkapkan Ragil (25) warga lainnya. Dia memanfaatkan separo halaman rumahnya untuk ditanami Bunga Mawar. Sebagian ladangnya juga ditanami mawar.
“Saya panen tiap dua hari sekali, lumayan bisa buat uang saku anak-anak,” ujarnya.
Baca Juga: Penambang Pasir Diminta Waspada Banjir Lahar Dingin Gunung Merapi
Terkait penanaman dan pemeliharaan, dia mengaku sangat mudah. Yang penting, saat awal penanaman harus sering disiram air saat kemarau. Batang mawar juga perlu sesekali dipangkas atau dipotong agar muncul tunas baru dan memacu tumbuhnnya bunga.
“Sedangkan untuk kebutuhan jangka panjang dan untuk tabungan, masyarakat memelihara sapi. Baik untuk diperah susunya maupun usaha penggemukan,” tutur Ragil.**
Artikel Terkait
Asyik, Bakal Ada Nuansa Swiss di Lereng Merapi. Sapi dan Domba Diliarkan
Harga Tembakau Makin 'Apek' Petani Tembakau Lereng Merapi- Merbabu Menjerit
Rayakan Hari Santri, Ponpes Al Huda Doglo Kirab Budaya di Lereng Merapi-Merbabu
Parade Merapi-Merbabu, Ajang Pentas Pelaku Seni di Lereng Gunung
Real Madrid Ditahan Imbang Girona, Toni Kroos Diusir Pada Injury Time
Bawa Pulang Tiga Emas, 13 Karateka Solo Lolos Pra Porprov. Kabupaten Semarang Teratas