Jebakan Tikus Listrik di Sragen Kembali Memakan Korban, Sukardi Jadi Korban ke-24

Sragen, suaramerdeka-solo.com - Korban jebakan tikus berupa kawat yang dialiri listrik di sawah kembali memakan korban.

Sukardi (60), warga Dukuh Dalungan RT 2 RW 1 Desa Kedungupit, Sragen ditemukan tewas kesetrum listrik jebakan tikus di sawahnya sendiri, pada Senin (31/10) sekitar pukul 09.30 WIB.

Petani itu menjadi korban ke 24 yang tewas karena tersengat jebakan tikus, sejak 2020.

Baca Juga: Operasi Pencarian Ali Rahmatulloh, Pendaki Gunung Lawu yang Hilang Dihentikan

Berdasar keterangan yang berhasil dihimpun, kejadian berawal saat korban berangkat dari rumah ke sawah, bermaksud untuk menyemprot tanaman padinya.

Diduga saat menyemprot itu, kakinya terpeleset dan menempel kawat strum listrik jebakan tikus. Kontan saja membuat tubuh korban bergetar jatuh tersungkur hingga tewas di pematang sawah.

Baca Juga: Innalillahi ....Giyarto Wakil Ketua DPRD Sukoharjo Meninggal Dunia

Kejadian itu baru diketahui saat Mardiyanto yang juga tetangga korban akan pulang dari sawah melihat adanya tangki semprot yang tergeletak di sawah milik korban tetapi korban tidak ada.

Dia lalu memanggil Pramono yang juga tetangganya untuk mengecek kondisi sekitar.
Setelah Pramono mengecek, ternyata mendapati korban dalam keadaan tengkurap di atas sawah.

Baca Juga: Soal KLB PSSI, Menpora Zainudin Amali Tegaskan Pemerintah Tak Intervensi

Ternyata lampu tanda jebakan tikus dalam kondisi mati dan saklar jebakan tikus masih hidup. Setelah saklar dimatikan, kejadian ini dilaporkan ke Polsek Sragen Kota dan Polres Sragen.

Kasi Humas Iptu Ari Pujiantoro mewakili Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama menjelaskan, hasil pemeriksaan Tim Inafis Polres Sragen dan Tim Medis Puskesmas Sragen tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.

Baca Juga: Jembatan di India ambruk, 132 orang Dikabarkan Tewas

“Setelah dilakukan pemeriksaan, korban dipastikan meninggal dunia murni karena tersengat aliran listrik jebakan tikus disawah,” kata Iptu Ari.

Menurut Iptu Ari, keluarga korban menerima kejadian itu sebagai takdir dan menolak untuk dilakukan otopsi.