SOLO, suaramerdeka-solo.com - Kelurahan Mojo Kecamatan Pasarkliwon menjadi salah satu kawasan penataan dan pengentasan wilayah kumuh di Solo dari Kementerian PUPR.
Setelah berbenah secara fisik, wilayah tersebut berancang ancang menjadi kampung wisata.
Hal itu mengemuka dalam Kegiatan Interaktif Keberlanjutan Penanganan Kumuh Kota Surakarta yang digelar di Harris Hotel Solo.
Baca Juga: Dewan Kehormatan PWI Pusat Berhentikan Iptu Umbaran Wibowo Dari Keanggotaan PWI
Lembaga Keswadayaan Masyarakat Kelurahan Mojo Semanggi Harmoni Syahrir Rozie mengemukakan, wilayah tersebut secara historis memiliki banyak sejarah kebudayaan salah satunya perahu rojomolo yang diusulkan untuk dijadikan ikon kampung wisata Mojo.
Syahrir mengatakan usulan menjadi kampung wisata tersebut tak lepas dari banyaknya kunjungan ke wilayah itu pasca penataan.
Baca Juga: Rayakan Pergantian Tahun, Car Free Night Solo Kembali Digelar
Tak hanya pengunjung lokal, wisatawan dari Jepang pun banyak yang bertandang karena kemasyuran Bengawan Solo di Negeri Sakura itu hingga banyak yang ingin melihat langsung.
Selain itu, juga adanya faktor sejarah dimana Mojo dulunya merupakan lalu lintas perdagangan yang cukup besar hingga adanya perahu rojomolo di era Paku Buwono IV.
Dengan adanya gagasan warga tersebut diharapkan kawasan bantaran utamanya yang berimpitan langsung dengan Bengawan Solo bisa disentuh penataan.
"Wilayah yang kami maksud tersebut memang kawasan milik Proyek Bengawan Solo sehingga mungkin belum tersentuh penataan seperti halnya kawasan hunian. Jika tanggul Bengawan Solo itu ditata, akan jauh lebih menarik pengunjung karena wisatawan Jepang sangat tertarik menyaksikan Bengawan Solo di Mojo," paparnya.
Namun untuk mewujudkan gagasan warga menjadi kampung wisata, Syahrir mengemukakan jika banyak kalangan yang meminta pasar hewan yang berada di wilayah mereka direlokasi. Sebab pasar hewan itu dinilai menjadi sumber kekumuhan.
Baca Juga: Ini Daftar Nomor Urut Parpol Peserta Pemilu 2024. Delapan Parpol Gunakan Nomornya Lawas
Lurah Mojo Nurohman mengemukakan, gagasan mendirikan kampung wisata bisa menjadi pemicu bagi warga untuk menjaga lingkungan yang telah tertata. Sebab wisata yang ingin dikembangkan di wilayah tersebut berbasis masyarakat.
Artikel Terkait
Mortir Temuan Dua Bocah di Dukuh Giring Boyolali, Akhirnya 'Dueeerrr...'
Gunung Anak Krakatau Erupsi, Masuk Status Siaga
Jelang Final Piala Dunia 2022, Prancis Dihantui Kutukan Juara Bertahan yang Sudah Bertahan Selama 60 Tahun!
Dorong UMKM Go Global, UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2022 Catat Deal Business Matching Rp1,2 Triliun
LDII Bantah Ajarkan Agama Secara Eksklusif