Serangan Penyakit LSD, Peternak Diminta Tak 'Grusa-Grusu' Jual Ternaknya

- Senin, 23 Januari 2023 | 15:57 WIB
Petugas memeriksa kondisi sapi yang akan dibawa masuk ke Pasar Hewan Jelok, Kecamatan Cepogo, Boyolali.  (SMSolo/Joko Murdowo)
Petugas memeriksa kondisi sapi yang akan dibawa masuk ke Pasar Hewan Jelok, Kecamatan Cepogo, Boyolali. (SMSolo/Joko Murdowo)

BOYOLALI, suaramerdeka-solo.com - Pemkab Boyolali memberi perhatian serius penanganan penyakit lumpy skin deseases (LSD) yang menyerang ternak sapi. Selain pengobatan dan vaksinasi, upaya sosialisasi pun digencarkan.

“Di mana para peternak diminta sabar dan tidak grusa-grusu menjual ternaknya,” ujar Kabid Kesehatan Hewan (Keswan) Disnakan Boyolali, Afiany Rifdania, Senin (23/1).

Dia menjelaskan, kerugian ekonomi yang timbul akibat paparan LSD cukup banyak. Karena ternak akan mengalami penurunan berat badan, lantaran tak mau makan. Maka akan berpengaruh pada produksi susu serta kerusakan kulit permanen.

Baca Juga: Terkena LSD, 18 Ekor Sapi Masuk Pasar Hewan Jelok Diminta Putar Balik

Bahkan, juga terjadi penurunan atau kehilangan fertilitas pada sapi jantan maupun betina.

“Kami sudah hitung, di Boyolali itu, ada 161.168 ekor ternak yang potensial terdampak LSD. Terdiri dari populasi sapi perah ada 62.387 ekor, sapi potong 98.096 ekor dan kerbau 655 ekor,” tuturnya.

Jika dijual, sapi yang terkena LSD harga jual bisa turun hingga 47 persen dari harga normal. Jika asumsi normal harga sapi Rp 18 juta/ekor, bisa turun menjadi Rp 9,5 juta. Lalu produksi susu juga berpotensi turun sampai 65 persen.

Baca Juga: Peternak Sapi Harus Waspada! 6 Sapi di Karanganyar Terserang LSD

“Padahal satu ekor sapi perah bisa menghasilkan 10 liter dalam sehari. Meski demikian, angka kematian akibat LSD cukup rendah. Yakni, 0-10 persen saja,” ujar Afiany.

Kondisi itu, lanjut dia, berbeda dengan PMK, karakteristik penyembuhan LSD lebih lama. Sebab, LSD menyerang kulit sapi. Bahkan kasus terparah, juga membuat daging sapi terjangkit LSD berbentol-bentol merah.

“Meskipun aman dikonsumsi, namun, menurunkan nilai jual. Karena kondisi daging dianggap tidak segar.”

Diungkapkan, selama ini peternak cenderung panik. Begitu ada temuan suspek LSD, justru menjual ternak tersebut dengan harga murah. Belum lagi, pihak pemborong sapi yang terkena LSD. Biasanya akan memotong sapi untuk dijual dagingnya.

Baca Juga: Kasus LSD di Boyolali: Sapi Sakit Langsung Diobati, yang Sehat Divaksin

“Proses penyembuhannya memang lama. Asalkan peternak itu sabar untuk kami melakukan pengobatan. Beberapa kasus sudah sembuh, sudah mulus lagi. Tapi perlu waktu, kira-kira satu bulan,” ungkap dia.

Namun demikian, penyembuhan LSD bisa dipercepat. Yakni dengan memberikan makanan yang bergizi pada ternak.

Halaman:

Editor: Setyo Wiyono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

PDIP Boyolali Target Raih 41 Kursi DPRD

Senin, 20 Maret 2023 | 15:02 WIB
X