Pemkab Boyolali Lakukan Konservasi Situs Batu Tulis Sarungga di Lereng Merapi

- Senin, 30 Januari 2023 | 15:04 WIB
Sekitar Prasasti Sarungga di Desa Wonosegoro Kecamatan Cepogo, Boyolali, dipasang patok guna kegiatan konservasi dan penelitian.(SMSolo/dok)
Sekitar Prasasti Sarungga di Desa Wonosegoro Kecamatan Cepogo, Boyolali, dipasang patok guna kegiatan konservasi dan penelitian.(SMSolo/dok)

BOYOLALI, suaramerdeka-solo.com - Setelah ekskavasi situs Watu Genuk di Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Pemkab Boyolali kembali mengalokasikan anggaran untuk kegiatan penelitian dan konservasi Situs Batu Tulis Sarungga.

Prasasti dalam situs tersebut berada di Dukuh/Desa Wonosegoro, Cepogo, lereng Gunung Merapi.

Kabid Kebudayaan Disdikbud Boyolali, Biyanto menjelaskan, kegiatan konservasi dimulai pada 27 Januari 2023 sampai selesai. Kegiatan penelitian dan penyelamatan ini melibatkan pihak ketiga.

Baca Juga: Siswa Datangi Situs Watu Genuk, Desa Kragilan, Mojosongo. Ini Tujuannya

“Kami juga telah berkoordinasi dengan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng,” ujarnya, Senin (30/1).

Disebutkan, penelitian tersebut dilakukan dengan metode ekskavasi. Guna mengetahui ada tidaknya temuan lain di sekitar lokasi sistus. Selain itu, Disdikbud melakukan upaya penyelamatan.

Salah satunya dengan pembuatan rumah pelindung prasasti. Rumah pelindung dibuat dengan bahan baja ringan serta beratap galvalum.

Baca Juga: Disdikbud Boyolali Pastikan Ekskavasi Situs Candi Watu Genuk Dilanjutkan Tahun Ini

“Penyelamatannya seperti apa nanti, kita menunggu rekomendasi setelah ada kajian.”

Pamong Budaya Ahli Muda, BPCB Jateng, Eri Budiarto, membenarkan adanya kegiatan penyelamatan situs cagar budaya di Wonosegoro tersebut. Diakui, Disdikbud Boyolali telah mengirimkan surat pemberitahuan untuk pendampingan kegiatan konservasi.

“Rekomendasi kami seperti apa, masih dikoordinasikan. Pelaksanaan sesuai surat, mulai 27 Januari sampai selesai,” ujarnya.

Baca Juga: BHS Meminta Kajian Situs Candi Watu Genuk di Desa Kragilan Boyolali, Dituntaskan

Terpisah, Ketua Boyolali Heritage Society (BHS) Kusworo Rahardian menilai kajian arkeologi seharusnya cukup perlindungan saja. Pihaknya justru mendorong pihak terkait melakukan riset menyeluruh.

Setelah di sekitar lokasi tidak ditemukan cagar budaya lain, bisa didirikan bangunan peneduh. Apalagi kajian ini juga dilakukan pengupasan tanah. Namun demikian, BHS juga tetap mengapresiasi langkah dinas.

“Ini adalah hal positif dan perlu kami sengkuyung bersama sama. Kami selaku komunitas akan membantu memantau pelaksanaan sesuai kapasitas perkumpulan,'' tuturnya.**

Halaman:

Editor: Setyo Wiyono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

PDIP Boyolali Target Raih 41 Kursi DPRD

Senin, 20 Maret 2023 | 15:02 WIB
X