BOYOLALI, suaramerdeka-solo.com - Meski aktifitas Gunung Merapi mengalami peningkatan, ritual larung kepala kerbau tetap digelar. Yaitu pada malam 1 Sura, tepat tengah malam nanti.
“Memang Merapi masih sering erupsi. Bahkan, Minggu (8/8) terjadi lagi erupsi mengakibatkan sejumlah wilayah sempat diguyur hujan abu,” ujar Paiman (52) tokoh adat setempat.
Ditemui di kediamannya di Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Senin (9/8), dia memastikan, ritual sedekah gunung dan larung kepala kerbau tetap digelar. Hanya saja, pelaksanaan secara sederhana dan tanpa ada prosesi seperti tahun- tahun sebelumnya.
Baca Juga: Malam 1 Sura, Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran Tak Gelar Kirab Pusaka
“Tak ada pentas seni maupun pentas wayang.”
Hanya larung kepala kerbau dan 9 gunungan atau tumpeng yanag akan dibawa langsung ke puncak Merapi yaitu di kawasan Pasar Bubar. Sebelumnya, kepala kerbau beserta seluruh sesaji dilakukan semacam ritual khusus di rumah ketua Rukun Kampung (RK).
“Biasanya di Joglo Lencoh, namun karena masih pandemi Covid-19 maka ritual ini dipindahkan ke rumah warga.”
Diharapkan pelaksaan ritual malam 1 Suro ini berjalan lancar.
Baca Juga: Presiden Jokowi Kembali Berikan Bantuan Pada Yatim Piatu di Sukoharjo
Lebih jauh dari itu, ritual ini sebagai wujud syukur atas nikmat alam yang luar biasa yang ada di lereng Gunung Merapi. Sehingga warga bisa mendapatkan rezeki melimpah.
Hanya saja, menilik kondisi Merapi, maka petugas yang membawa aneka sesaji diminta lebih berhati-hati. Jika kondisi bagus, maka kepala kerbau dan sesaji akan dibawa hingga puncak Merapi di kawasan Pasar Bubar.
“Tapi kalau tak memungkinkan, ya nanti ditaruh di puncak agak dibawah. Beruntung akhir-akhir ini, arah angin juga ke barat dan selatan, sehingga aman.” **
