KARANGANYAR, suaramerdeka-solo.com - Kasus perundungan yang dialami SSR (16), siswa kelas XI salah satu SMA swasta di Karanganyar, memasuki babak baru.
Delapan pelaku perundungan, yang merupakan teman sekelas SSR, didampingi orang tua dan pihak sekolah, Selasa (7/2) bertemu dengan Agus Riyadi, ayah SSR.
Mereka mendatangi kantor pengacara kondang tersebut di kawasan Jaten, untuk berdialog. Delapan pelaku perundungan juga meminta maaf atas perbuatannya, yang menyebabkan SSR depresi.
Baca Juga: Pesawat Susi Air Diduga Dibakar KKB Nduga, Susi: Mohon Dukungan dan Doa
Agus Riyadi memaafkan apa yang dilakukan pelaku. Meski demikian, laporan kasus tersebut ke polisi belum akan dicabutnya, karena kondisi SSR masih dalam pemulihan dengan pendampingan psikiater di Jakarta.
"Kami terima permintaan maaf mereka. Tapi untuk proses hukum, biar berjalan dulu. Laporan ke polisi belum akan saya cabut," kata Agus Riyadi, usai pertemuan.
Baca Juga: Kenaikan PBB 2023 Ditunda, Bagaimana Nasib Uang Warga Solo yang Terlanjur Bayar?
Namun tidak menutup kemungkinan, laporan tersebut akan dicabut jika kondisi psikis SSR kembali normal dan membaik.
"Saat ini, SSR di Jakarta, dalam pendampingan psikiater. Dari laporan psikiater tersebut, kondisinya sudah membaik. Sudah berkomunikasi," tuturnya.
SSR, menurut Agus, mengalami depresi berat akibat perundungan yang dialami sejak Februari 2022. Jika kondisinya tertekan, SSR melampiaskan emosi dengan menyakiti diri sendiri.
"Setiap ada persoalan, pelariannya dengan menyakiti diri sendiri. Dia merasa tidak dibutuhkan hidup di dunia. Itu kenapa, saya belum mencabut laporan, karena masih melihat perkembangan kondisi psikis anak saya," tandasnya.
Mengenai pemindahan sekolah SSR, Agus Riyadi mengatakan, butuh proses. Pihak sekolah meminta, agar SSR menyelesaikan studi hingga akhir semester ini.
Baca Juga: Mulai Tanggal 7-20 Februari Ini Ada Operasi Keselamatan Candi, Ini Sasarannya
"Kalau misalnya nanti anak saya bisa kembali nyaman bersekolah, mungkin tidak perlu pindah sekolah. Karena untuk pindah sekolah, ternyata juga butuh proses. Nanti lihat perkembangannya," ujarnya.
Artikel Terkait
Jadi Korban Perundungan di Sekolah, SSR Trauma. Orang Tua Laporkan ke Polisi
Ribuan Warga Wonogiri Punya Nama Slamet, Apa Makna dan Filosofi Slamet?
Di Jimbung, Ada Ayam Broiler Rasa Ayam Kampung Nonvaksin. Kok Bisa?
Warga Solo Menang! Gibran Akhirnya Tunda Kenaikan PBB 2023
Baznas Sukoharjo Salurkan Bantuan Bagi 26 Warga Kurang Mampu
Kenaikan PBB di Solo Ditunda, Alumni PA GMNI Solo Apresiasi Gibran